Saya terlahir dan tumbuh dari keluarga “broken” bukanlah sesuatu yang bisa dipilih. Saya terbiasa dengan pertengkaran, kekerasan, suara lantang dan ketidakharmonisan, tidak seperti anak-anak lain selayaknya yang mempunyai keluarga utuh dengan penuh kasih sayang dan harmonis. Tumbuh dari keluarga “broken” membuat saya harus keluar dari diri saya sendiri dan menjadi diri orang lain. Saya harus mampu hidup selayaknya anak yang mempunyai keluarga yang utuh dan menunjukkan pada orang-orang bahwa saya adalah anak dari keluarga yang harmonis dan penuh kasih sayang.
Saya lakukan semua itu tidak lain adalah karena saya malu terlahir dari keluarga “broken” yang merupakan sebuah aib terbesar bagi seorang anak, selain itu juga agar saya bisa diterima di lingkungan teman-teman, karena yang saya tau anak “broken” selalu dianggap negatif dan dipandang sebelah mata. Menjadi diri orang lain adalah salah satu cara agar saya bisa hidup bahagia dan semua yang saya lakukan sebenarnya sesuatu yang tidak mudah karena bertolak belakang dengan kenyataan dan tidak sesuai dengan isi hati, tapi saya berusaha menikmati meski bayang-bayang kejadian masa lampau masih menghantui.
Memendam masalah keluarga selama kurang lebih 10 tahun yang awalnya saya kira itu adalah suatu hal yang hebat tapi ternyata semua itu bukanlah kehebatan melainkan kesalahan terbesar dari diri saya. “Saya tidak mencintai diri saya sendiri”, mungkin itulah kata-kata yang pantas untuk saya. Bukan itu saja, trauma psikis yang lalu juga membuat diri saya pribadi menjadi takut untuk menikah.
Peace Generation atau sering dikenal PeaceGen adalah tempat PPL pilihan saya dengan tujuan suatu saat nanti saya bisa menjadi peacemaker. Saya ingin menjadi peacemaker karena di saat kecil saya kurang mendapatkan kedamaian, salah satunya kedamaian hati dari lingkup keluarga. Kedamaian pada diri saya saat itu adalah kedamaian rekayasa, bukan dari hati saya yang sebenarnya. Jadi di Peace Generation, saya berharap dapat menemukan arti kedamaian yang sesungguhnya.
6 Januari 2020 awal saya menginjakkan kaki di Peace Generation, perkenalan dan tanda tangan kontrak selama PPL. Di hari kedua dan ketiga tepatnya hari Selasa, Rabu saya di training dan mendapatkan ilmu 12 NDP (Nilai Dasar Perdamaian) dan dibaiat menjadi seorang agent of peace dan seiring berjalannya waktu bukan hanya itu saja yang saya dapatkan, tapi saya juga mendapatkan ilmu-ilmu lain seperti ilmu komputer yang berupa mengolah data secara online dan hal itu sesuatu yang tidak mudah dan berbeda dengan apa yang telah saya pelajari di kampus. Bukan hanya itu saja kita di Peace Generation, setiap harinya juga harus selalu menerapkan nilai-nilai dasar perdamaian untuk mendapatkan kedamaian buat diri kita sendiri dan orang lain, meski dalam hal sekecil apapun, sehingga jiwa kekeluargaan itu sangat berasa. Dan hal itu juga yang menjadi kelebihan dari Peace Generation sendiri.
Morning Reflection adalah salah satu kegiatan rutin setiap Senin dan Jumat di Peace Generation, dimana para teman-teman staf PeaceGen berkumpul dalam satu tempat untuk menceritakan pengalaman selama 1 minggu dan rencana ke depan selama 1 minggu, menurut saya kegiatan itu perlu diterapkan dimana saja karena dengan kegiatan itu kita bisa belajar menjadi pendengar yang baik. Dan dengan adanya Morning Reflection itu juga saya bisa ambil hikmah dari pengalaman yang menimpa teman-teman yang lain.
Selain itu, ilmu yang paling berarti bagi saya adalah nilai hidup dari apa yang saya pelajari dari 12 NDP, terutama nilai pertama dan terakhir (menerima diri sendiri dan memaafkan). Dan setelah saya mempelajari 12 NDP saya baru tersadar bahwa saya tidak berdamai dengan diri saya sendiri, bahkan saya telah mengalami konflik bathin yang merupakan suatu hal yang sangat vital.
Tidak ada kata lain selain bersyukur kepada Tuhan dan berterima kasih kepada seluruh pihak yang bersangkutan baik dari pihak kampus ataupun PeaceGen karena saya merupakan salah satu anak yang beruntung karena dapat belajar di PeaceGen dan mendapatkan training berupa ilmu 12 NDP. Dari nilai-nilai itu saya mulai berdamai dengan diri saya sendiri dan saya mulai menerima apa yang telah menimpa dalam hidup saya selama ini, menikmati hal-hal terburuk yang telah saya lewati dan saya mulai membuka mata hati saya untuk memaafkan orang-orang yang telah membuat saya trauma psikis. Dan saya tersadar cobaan yang telah menimpa saya selama bertahun-tahun lamanya adalah bentuk kasih sayang Tuhan kepada saya.
Setelah belajar di Peace Generation, saya berjanji pada diri saya sendiri bahwa saya selalu berusaha berdamai dengan diri saya sendiri dan harus bisa menjadi orang yang bisa menyebarkan perdamaian. Karena setelah mempelajari dan lebih memahami, akan lebih bermanfaat lagi jika diamalkan yaitu dengan cara membagikan kepada orang lain tentang apa itu 12 NDP (Nilai Dasar Perdamaian) terutama pada anak-anak yang mengalami nasib yang sama seperti saya, agar mereka bisa mendapatkan kedamaian, terutama kedamaian pada diri mereka.
Penulis: Aeni (Mahasiswa Jurusan Studi Agama-Agama, IAIN Purwokerto)
Editor: Hayati
Kamu AoP punya cerita perubahan? Kirimkan ceritamu ke [email protected]