Cerita perubahan saya, Ahmad Afryan, seseorang yang sebenarnya memiliki berbagai kesempatan untuk terlibat aktif dalam menyebarkan nilai-nilai perdamaian, namun perlu tiga tahun untuk mulai menyadari kesempatan berharga tersebut, kemudian baru memulai perjalanan perubahan saya bersama PeaceGeneration Indonesia.
Fase Terlambat: 2016
Sebagai mahasiswa jurusan Hubungan Internasional (HI) dengan peminatan keamanan dan perdamaian internasional, sebenarnya saya mendapatkan berbagai kesempatan untuk dapat ikut dalam acara dan/atau proyek yang berkaitan dengan isu perdamaian. Saya sering mendengar nama PeaceGeneration sebagai lembaga yang sepak terjangnya sudah lama di dunia pendidikan perdamaian.
Terlebih ketika saya menjadi anak magang di salah satu NGO yang fokus areanya di isu peace-building pada tahun 2016 yaitu AMAN Indonesia, beberapa kali saya mendapatkan informasi mengenai beberapa program dari PeaceGeneration terutama berkaitan dengan Boardgame for Peace. Namun saat itu saya belum terlibat aktif dalam program-program PeaceGeneration karena belum menyadari untuk tergerak memanfaatkan kesempatan yang ada secara aktif ikut menyebarkan nilai-nilai perdamaian bersama PeaceGeneration.
Fase Semangat: 2018-2019
Ketika saya lulus dari program studi HI di Malang, Jawa Timur, saya kembali ke kampung halaman saya di Banjarmasin, Kalimantan Selatan pada akhir tahun 2018. Kemudian saya bekerja di lembaga yang fokus areanya adalah isu pendidikan baik formal dan informal, kepemudaan, sosial dan pengembangan program bernama Hasnur Centre di Barito Kuala, Kalimantan Selatan.
Hal pertama yang ada dalam fikiran ketika saya kembali ke kampung halaman saya adalah bagaimana saya bisa menggunakan ilmu dikampung halaman saya sebagai lulusan HI yang konsentrasinya di isu perdamaian? Setelah banyak searching di Mbah Gugel dan bertukar fikiran dengan teman saya yang juga aktivis perdamaian di Malang bernama Neny Adamuka, PeaceGeneration menjadi salah satu yang sering kami diskusikan bukan hanya karena Neny banyak pengalaman karena ia sering terlibat dalam program PeaceGeneration, namun juga dengan program PeaceGeneration yang menarik untuk anak muda membuat saya tertarik untuk aktif dalam program PeaceGeneration.
Mulai dari 12 Nilai Dasar Perdamaian yang PeaceGeneration perkenalkan sampai program-program yang PeaceGeneration yang telah diselenggarakan, saya cari informasinya dan saya pelajari, hingga saya sangat tertarik dengan salah satu program unggulan PeaceGeneration yaitu PeaceSantren yang kemudian ingin saya selenggarakan di Kalimantan Selatan. Saya melihat ada kesempatan untuk bisa menyelenggarakan PeaceSantren di lembaga tempat saya bekerja karena kebetulan salah satu unit dibawah lembaga saya bekerja adalah sebuah sekolah beasrama yang menurut saya cocok untuk menyelenggarakan program tersebut, terlebih momentumnya beberapa bulan sebelum bulan ramadhan.
Fase Nekat: 2019
Dengan berbekal idealisme ditambah passion dalam isu perdamaian, juga alhamdulillah-nya, mendapatkan respon dan dukungan yang baik dari lembaga saya bekerja, PeaceSantren Kalsel 2019 menjadi awal cerita perubahan yang lebih besar bagi saya bersama PeaceGeneration. Perjalananan dimulai dari mencari kontak-kontak tim PeaceGeneration yang akhirnya mendapatkan nomor Mbak Hayati, kepala sukunya para AoP PeaceGeneration.
Respon yang sangat positif yang menjadi membuka langkah kenekatan saya untuk menyelenggarakan PeaceSantren dengan berbekal semangat. Kenapa semangat? Perlu saya informasikan bahwa pada saat itu, sebenarnya hingga tulisan ini dibuat, saya belum pernah mengikuti acara atau program PeaceGeneration apalagi trainingnya baik secara langsung maupun online. Tapi tiba-tiba, gak ada angin, gak ada hujan, saya berani ingin menginisasi penyelenggaraan program PeaceSantren di Kalimantan Selatan yaitu PeaceSantren Kalsel 2019.
Berkat dukungan dari Mbak Hayati serta tim PeaceGeneration yang sudah mau percaya dan memberikan kesempatan kepada saya (yang kurang ilmu dan pengalaman ini) menyelenggarakan PeaceSantren. Kemudian Hasnur Centre yang menaungi BCTI (Business & Communication Training Institute) lembaga saya bekerja, yang bersedia mendukung 110% untuk menyelenggarakan PeaceSantren Kalsel 2019.
Tidak lupa, Mas Oni, Koodinator PeaceGeneration Chapter Banjarmasin (Kepala suku AoP Banjarmasin) yang mau diganggu ditengah kesibukannya karena saya kebanyakan tanya-tanya padahal baru kenal waktu itu :D. Neny Adamuka, teman kuliah saya yang aktivis perdamaian yang membuka koneksi saya ke PeaceGeneration, teman diskusi sampai bahkan rela tidak jadi pergi Korea padahal terpilih menghadiri forum Internasional karena sudah keburu janji untuk membantu saya menyelenggarakan PeaceSantren Kalsel 2019 di waktu yang sama.
Para fasilitator, teman-teman saya di Dewantara Apprentice Community yang dengan sistem kebut semalam belajar 12 NDP serta belajar bermain boardgame for peace. Kami semua belajar dari awal untuk mencoba memahami 12NDP sampai belajar main Boardgame for Peace dalam waktu yang sangat singkat. Nekat banget gak tuh?
Pressure-nya bukan itu saja, ternyata, program PeaceSantren yang akan diselenggarakan di Kalimantan Selatan adalah implementasi program PeaceSantren pertama di pulau Kalimantan. Tentu harapan banyak pihak, ini akan menjadi awal yang baik kan? Untung sekali, banyak pihak memberikan dukungan 110% untuk membantu menyelenggarakan acara ini.
Fase Selamat: 2019-sekarang
PeaceSantren Kalimantan Selatan 2019 telah berhasil terselenggara atas kerjasama yang baik dengan tim dan para pihak yang mendukung, dengan lebih dari 50 peserta yang hadir dari berbagai sekolah dan universitas di Kalimantan Selatan. Melalui PeaceSantren Kalsel 2019 saya semakin banyak belajar mengenai 12 NDP dan bagaimana menginternalisasi dan mengimplementasikan nilai-nilai tersebut. Selain itu, isu bullying juga diangkat dalam PeaceSantren Kalsel 2019 karena akhir-akhir ini isu bullying semakin marak terjadi terutama di lembaga pendidikan formal.
Walaupun saya belum pernah mengikuti acara ataupun training PeaceGeneration, namun kata Mbak Hayati, saya sudah mendapatkan kesempatan berharga melalui experiential learning melalui proses penyelenggaraan PeaceSantren Kalsel 2019 ini. Selama PeaceSantren Kalsel 2019 boardgame for peace baik Galaxy Obscurio dan The Rampung serta buku “Happy tanpa Bully” menjadi sarana yang paling menarik bagi para peserta dalam belajar, memahami dan menginternalisasi nilai-nilai perdamaian.
Dari PeaceSantren Kalsel 2019 yang menjadi awal langkah perubahan yang lebih besar bagi saya dan lembaga saya bekerja, BCTI, dalam berkolaborasi lebih banyak dengan PeaceGeneration melalui program Affiliate PeaceGeneration. Dengan semangat yang sama untuk berkolaborasi dalam menyebarkan nilai perdamaian melalui platform yang dimiliki, setelah diskusi dan proses yang cukup panjang, akhirnya, pada tanggal 17 Januari 2020, BCTI yang berkantor di Barito Kuala, Kalimantan Selatan resmi menjadi Affiliate PeaceGeneration.
Mulai dari terlambat menyadari bahwa saya belum memaksimalkan kesempatan yang saya dapatkan untuk aktif dalam menyebarkan nilai-nilai perdamaian, kemudian muncul semangat saya untuk “mengamalkan” ilmu yang saya dapatkan, ditambah kenekatan saya untuk memulai secara aktif terlibat dalam program PeaceGeneration Indonesia melalui menyelenggarakan PeaceSantren pertama di pulau Kalimantan sampai “selamat” dalam menyelenggarakannya dan menjadi awal kolaborasi yang lebih banyak dengan menjadi Affiliate PeaceGeneration adalah fase-fase dalam cerita perjalanan perubahan saya bersama PeaceGeneration.
Semakin tidak sabar menjalani cerita perubahan selanjutnya bersama PeaceGeneration, Salam! Peace!
Oleh: Ahmad Afryan (Ketua BCTI, Affiliate PeaceGen Banjarmasin)
Kamu AoP punya cerita perubahan? Kirimkan ceritamu ke [email protected] !