Marcella Belva: Apakah Normal Selalu Benar?

Tidak ingat semenjak kapan, saya cukup terbiasa dengan SKS. Bukan Sistem Kredit Semester, namun Sistem Kebut Semalam, yang merupakan cara belajar yang banyak digadang-gadangkan para pelajar mulai dari mahasiswa, siswa SMA, SMP, atau bahkan SD. Sebagai mahasiswa farmasi dengan matakuliah yang mayoritas adalah teori dan bukan rumus-rumus perhitungan, sepertinya SKS sudah menjadi cara pamungkas untuk belajar. Ada yang bilang “Kalau pelajaran ini sih dihapal satu malam saja, pasti bisa-bisa saja!” atau “Dari dulu juga sudah SKS sih, yang lain juga belajar seperti ini kok”.

Menurut survei pada 364 orang mahasiswa Sekolah Farmasi Harrison di Universitas Auburn, 81,7% mahasiswa mengorbankan waktu tidurnya untuk belajar di masa ujian. Banyak pelajar yang sudah menganggap cara belajar SKS ini adalah cara belajar yang normal dan merupakan hal yang lumrah untuk dilakukan. Hal ini juga terjadi di lingkungan sekitar saya. Sebelum mengenal Frosh, saya sendiri merasa belajar SKS adalah hal yang biasa saja dan tidak ada salahnya. 

Pada awal memasuki Frosh, saya hanya sekedar mengetahui bahwa Frosh mendampingi mahasiswa melalui program mentoring dengan media pembelajaran yang beragam. Namun ternyata Frosh mengajarkan saya lebih dari itu. Selama pelatihan dan koordinasi Frosh dilakukan, saya menyadari ternyata banyak sekali hal yang dapat saya pelajari melalui Frosh. Ketika pelatihan mengenai Bridge of Peer, ada satu hal yang mengena pada saya. Terdapat kesalahan berpikir appeal to popularity yang memberi kesan “Jika suatu hal dilakukan banyak orang, sepertinya tidak salah untuk dicoba. Tidak mungkin lah hal yang dilakukan banyak orang itu salah!”

Setelah mempelajari kesalahan berpikir tersebut, saya baru tersadar bahwa selama ini, cara belajar yang saya lakukan itu salah. Selain itu, saya tersadar bahwa saya juga hanya membiarkan hal ini terjadi di lingkungan sekitar saya. Tidak pernah rasanya saya mengingatkan teman untuk tidak belajar SKS, justru sepertinya saya yang terbawa mengikuti mereka. Cara belajar yang selama ini dikatakan biasa saja dan normal sebenarnya memberikan dampak negatif bagi saya. Jika diingat-ingat, memang matakuliah yang saya pelajari dengan SKS tidak benar-benar saya pahami. Bahkan beberapa materi dengan mudahnya saya lupakan segera setelah ujian berlalu. Padahal, banyak sekali pelajaran dari materi kuliah yang dapat dimanfaatkan di kehidupan. 

Saya merasa sangat beruntung dapat mengikuti pelatihan Frosh dan dipercaya mampu untuk menjadi mentor. Tak hanya belajar, saya juga semakin diperkaya dengan sharing session yang menurut saya sangat bermanfaat dan melengkapi mentoring. Melalui sharing session, saya dapat mengetahui bahwa sebenarnya kesalahan berpikir ini menjadi tugas bersama karena nyatanya hal ini masih banyak terjadi dalam kehidupan tanpa kita sadari. Saya juga dapat belajar dan terinspirasi dari teman-teman mentor dan mentee saya yang membagikan pengalamannya dalam mengatasi kesalahan berpikir ini. 

Setelah memahami kesalahan yang selama ini saya lakukan, saya mulai meninggalkan cara belajar SKS dan mulai mencicil materi perkuliahan sedikit demi sedikit. Saya juga mengajak teman-teman terdekat saya untuk saling berdiskusi dan berbagi pemahaman seputar materi, sehingga kata “SKS” tidak terdengar lagi. Frosh benar-benar membantu saya memahami bahwa menjadi kritis terhadap lingkungan itu sangat penting. Tidak perlu jauh-jauh, kita bisa lihat sendiri lingkungan di kampus, atau bahkan lingkungan pertemanan kita. Kita dapat mulai mengamalkan hal-hal baik yang menghindarkan kita dari kesalahan berpikir appeal to popularity karena tidak semua hal yang dilakukan banyak orang itu adalah hal yang benar. Jika hal tersebut masih dilakukan, alih-alih mengikuti, sebaiknya kita mengingatkan mereka agar mereka tidak sesat berjemaah. Kita juga bisa mengingatkan teman-teman kita mengenai kesalahan-kesalahan berpikir lainnya yang masih banyak ditemui di sekitar kita. Ayo ubah cara berpikir kita dan kritisi kembali, apakah hal yang normal kita lakukan itu sebenarnya sudah benar?

Ditulis oleh: Marcella Belva Clearesta Wibowo, Mentor Frosh ITB

Editor: Faza

Kamu AoP punya cerita perubahan? Kirimkan ceritamu ke [email protected]

 

Daftar untuk mendapatkan info & promosi menarik!