Chandra Hady: Cerita Perubahanku

 Chandra, begitulah aku akrab disapa. Aku adalah seseorang yang hidup dalam lingkungan yang cukup homogen.

Bersekolah di salah satu sekolah swasta katolik membuatku jarang menemukan perbedaan terutama mengenai gaya busana maupun tata cara ibadah. Hidup berjalan asik tapi ya.. begitu saja. Tidak ada yang istimewa.

Setelah masuk ke salah satu universitas negeri, aku cukup terkejut. Terkejut karena banyaknya perbedaan yang ada. Ya, itu adalah lingkungan pertamaku dengan banyak teman-teman muslim. Canggung? Pasti! Tapi, ya mau gimana lagi? Hidup pastinya harus dihadapi.

Dari perbedaan yang ada, di dalam hati, Chandra alias aku mulai banyak memunculkan prasangka. “Wah sepertinya orang ini tidak boleh bersalaman dengan lawan jenis, aku harus gimana ya?” pikir Chandra. 

Banyak ketakutan yang kurasakan. Terutama saat hendak berinteraksi dengan teman-teman yang berbeda agama. Aku takut pembicaraanku tidak satu frekuensi dengan mereka.

Hingga akhirnya timbulah jarak. Kalau ada sesuatu yang berbeda sedikit dariku, pasti Chandra di dalam diri merasa takut untuk bersosialisasi dengan orang tersebut, karena di dalam hati dan pikiranku banyak kecurigaan.

Dalam kehidupan saya sehari-hari, seringkali aku menemukan banyak perbedaan. Baik itu perbedaan agama, warna kulit, status sosial, hingga bahkan warna baju, seringkali menjadi sesuatu yang mencolok untuk dilihat.

Kadang aku risih dengan perbedaan yang ada. Menjadi tak nyaman adalah perasaan paling dominan. Perbedaan yang paling sering aku alami adalah perbedaan status sosial. 

Orang-orang yang mempunyai status sosial yang cukup tinggi pasti sering mengumbar status yang dimilikinya lewat media sosial yang dia punya.

Kadang sebagai penikmat konten media sosial, kita hanya melihat itu semua dan menjadikan itu sebagai standar sosial yang memang wajar. “Wajar kok nongkrong di café, toh teman-teman yang lain juga melakukan hal yang sama.”, ucapku seusai melihat postingan Instagram dari temanku.

Karena diriku ini termasuk orang yang tidak suka nongkrong di café, aku merasa tidak nyaman dan muncul prasangka apakah saya termasuk orang yang jadul dan tidak gaul. Akhirnya seringkali aku mengalah dan memutuskan untuk ikut nongkrong walaupun sebenarnya aku tidak mau.

Kita semua sering merasa terjebak dalam perasaan tidak enak dengan orang lain. Status sosial, kadang memperparah situasi itu. Lingkungan yang homogen, membuat kita takut.

Tapi aku enggan terjebak terus dalam keadaan yang tidak membuatku berkembang. Karena.. bukankah keberagaman itu menyenangkan? 

Mungkin ada temanmu yang sering posting ke media sosial setiap hari jika ia sedang berkunjung ke sebuah kafe, itu berarti prioritas orang tersebut adalah status sosial, namun ada juga teman kamu yang sibuk ngurusin buka bersama di masjid setiap hari karena memang prioritasnya adalah agama.

Perbedaan ternyata timbul dari perbedaan prioritas yang dipilih oleh setiap insan manusia. Jadi mulai sekarang udah paham kan, berbeda itu bukan suatu masalah, tapi adalah suatu anugerah!

Perbedaan agama juga seharusnya tidak menghalangi hubungan pertemanan seseorang, tetapi seharusnya menjadi sebuah rasa untuk saling memahami dan menghargai satu sama lain.

Dari program Frosh Project ID saya mempelajari banyak hal dari perspektif yang berbeda. Saya menjadi lebih memahami diri saya sendiri dan menghilangkan prasangka saya terhadap orang lain.

Saya mempelajari banyak sekali kesalahan-kesalahan di dalam berpikir yang selama ini masih saya lakukan. Saya lebih menjadi pribadi yang pikirannya terbuka dan lebih memahami orang lain. 

Dari program ini saya dilatih menjadi seorang manusia yang seutuhnya yang juga memanusiakan manusia. Menjadi seorang manusia adalah kesempatan yang sangat besar, kita bisa berbuat banyak hal-hal yang baik dan berguna bagi semua orang.

Jika sebagian waktu dari hidup kita digunakan untuk menebarkan prasangka yang buruk terhadap orang lain, waktu tersebut akan menjadi sia-sia.

Oleh karena itu, kita harus menebarkan semangat dan kebaikan ke seluruh dunia, dimulai dari lingkaran terdekat kita. Terima kasih Frosh Project ID! Terima kasih Peace Generation Indonesia! 

Stay positive, always make a peace!

Oleh: Chandra Hady, MENTOR FROSH ITB

Editor: Faza

Kamu AoP punya cerita perubahan? Kirimkan ceritamu ke [email protected]

 

Daftar untuk mendapatkan info & promosi menarik!