Emma, Happy tanpa Bully

Seperti biasa pagi itu kulangkahkan kaki menuju ruang kelas PKN (bidang studi yang kuampu). Kubawa sebuah buku saku “ Happy tanpa Bully “ karya Irfan Amalee salah satu pendiri Peace Generation.

Buku itu sudah kubaca dan aku merasa anak-anak didikku juga perlu membaca dan mengerti isi buku tersebut 

Anak-anakku berdiri memberikan salam, setelah itu mereka menyanyikan lagu Bagimu Negeri (salah satu pembiasaan dalam pembelajaran PKN). Setelah itu aku menyampaikan apa yang akan kami pelajari . 

Kumulai dengan pertanyaan “ Apa itu Bullying , seberapa akrab kalian dengan kata itu ? “

Kata yang dapat mengubah hidup banyak orang , 

“ Mengejek Bu…

“ Memukul Bu….

“Berkata kasar…..

Hampir setiap mereka menyampaikan apa yang mereka ketahui

Aku sampaikan, “Bagaimana kalau kita baca bersama buku ini?  Sambil kutunjukkan buku saku yang semalaman kubaca berkali-kali……

Kumulai membaca, anak-anakku diam mendengarkan (kuyakin semua ingatan mereka sedang bekerja, mencoba mengingat semua pengalaman). Kusampaikan pengertian bully adalah perilaku menyakiti orang lain baik dalam fisik maupun psikis.

Ada satu bagian dari buku itu yang mengatakan, korban bully akan sangat sulit melupakan peristiwa bullying …

Kuajak anak-anakku untuk membuktikan pernyataan itu, kuajak anak-anakku untuk menyampaikan apakah diantara mereka pernah menjadi korban, pelaku atau bahkan orang yang membiarkan bullying terjadi disekitar mereka.

“ Bagaimana kalau pintu kelas kita tutup….. ,” ujarku 

Salah seorang anak berdiri kemudian berjalan menutup pintu, kusampaikan pula kenapa pintu kelas perlu ditutup……

“ Rahasia kan Bu?” salah seorang anak menjawabnya

“Iya….”, jawabku 

“Siapa yang ingin membagi ceritanya terlebih dahulu ?” tanyaku

Kulihat beberapa anak mengangkat tangan kanannya, kupersilakan salah satu dari mereka untuk memulai

“ Sewaktu aku di SD aku merasa benar-benar bodoh dan ngga berharga…..

Setiap aku bertanya guruku selalu menjawab coba aja dulu….

Aku bilang “ sudah coba Bu… tetapi tetap ngga bisa….

Guruku menolehpun tidak 

Kulihat Rian berusaha menahan tangis, kucoba membayangkan bila guru yang dimaksud Rian  itu adalah AKU 

Betapa jahatnya AKU!

Buu….

Ketika ada teman lain yang bertanya, guru itu menghampiri dan mulai menjelaskan pelajaran di meja temanku….

Pada akhirnya dia tidak lagi mampu menahan  air matanya, seorang datang dan memberikan tissue kepada Rian

Kami larut dalam haru biru, 

Ketika teman yang memberikan tissue tidak hanya sekedar memberikan tissue, lebih dari itu diletakkan telapak tangannya dipundak Rian……

Seperti ingin menguatkan 

Ingin meredakan tangis

“ Mungkin karena aku aneh ya Bu……,” lanjutnya

Temen-temenku selalu bilang aku aneh

Aku tetap duduk dikursiku, menikmati suasana kelas yang hening

Semua mata tertuju kepadaku 

“ Tuhan apa yang harus aku sampaikan? ‘ ternyata akupun mulai tak sanggup menahan air mata

“ Kamu tidak aneh, kamu anak hebat……Mau berbagi dengan kami….

“Apakah kamu sudah memaafkan  guru tersebut ? “ tanyaku 

“ Sudah Bu, aku doain juga ……

“ Setelah itu aku putuskan untuk melanjutkan sekolah di SMPK Yahya……

Diakhir ceritanya kuberikan pelukan untuk Rian, tak lupa kusampaikan semoga kami bisa memberikan yang terbaik untuknya

Kembali kutawarkan bila ada yang masih mau berbagi…

“ Aku Bu…

Kudengar suara Dewo yang duduk tepat di depanku

“ Waktu aku kelas dua aku sering diganggu temanku. Bekal makananku sering diambil …..kadang bukan untuk dia makan. Mungkin hanya ngerjain aku aja…..

Kalau belajar di kelaspun, pensilku  diambil dan ngga dibalikin……

“ Apakah Dewo sudah sampaikan kalau Dewo tidak suka ?” tanyaku  

“ Aku takut Bu…. ,” ujarnya pelan 

Tangisnya pecah, kulihat Dewo mengatur nafasnya  seakan dia baru saja mengalamimya. Luka terlalu dalam……

“ Apakah Dewo berkenan untuk menyebutkan teman yang melukaimu ?’  kembali kuberikan pertanyaan untuk Dewo 

Tanpa kuduga , Dewo menoleh kesalah satu siswa yang ada di kelas, Dave……..

Sudah tidak terlihat amarah ketika dia menyebutkan nama Dave 

Pandanganku beralih ke Dave , 

“ Betul Dave ? ‘ tanyaku 

Dave mengangguk, tergambar  raut bersalah dalam jawabannya 

“ Dave mendengar apa yang diceritakan Dewo ?”  lanjutku 

Dave ingin Dewo mengingatmu sebagai teman yang baik atau teman yang tidak baik ?” tanyaku 

Tanpa kuduga Dave menghampiri Dewo dan memeluknya , 

“ Sorry ya Wo…..,” ucap Dave sambal merapatkan tubuhnya ke Dewo

Dewo mengangguk sambil tetap menangis

 

Kututup pelajaranku hari itu  : 

Kedua pengalaman itu membuktikan, korban bully sangat sulit melupakan peristiwa yang dialaminya

Rian  memutuskan pindah, tetapi dia tetap  bercerita tentang lukanya, begitu juga dengan Dewo meskipun peristiwa yang  dialaminya sewaktu dia berada di kelas dua tapi sampai saat ini Dewo tetap ingat apa yang  dialaminya. 

Ruang dan waktupun sulit menolong korban bully untuk menghapus cerita mereka.

Yang terpenting saat ini, jangan saling melukai, mari belajar saling menghormati dan saling menerima

Diakhir pertemuan, kusampaikan pertemuan yang akan datang kita akan membuat proyek komik dengan tema  “Happy tanpa Bully”

 

Penulis: Ibu Ema,  Guru PKn di SMPK Yahya Bandung

Kamu AoP punya cerita perubahan? Kirimkan ceritamu ke [email protected]

 

Daftar untuk mendapatkan info & promosi menarik!