Guru adalah salah satu profesi yang bisa berhubungan dengan satu generasi. Awal cerita ketika saya ingin menambah pengetahuan dan pengalaman melalui berbagai kegiatan pelatihan, namun pelatihan yang baru saja saya daftar ini merupakan pelatihan yang lain dari biasanya “Training for Peace Educator” (Pelatihan untuk Pendidik Perdamaian).
Apa? Pelatihan untuk perdamaian? Saya baik-baik saja saat itu bahkan bisa dibilang saya sedang bahagia karena sedang berkumpul bersama keluarga, saya butuh pelatihan yang menambah ilmu, pelatihan yang bisa membuat saya memiliki keterampilan yang selaras dengan jurusan yang sudah saya miliki, bukan pelatihan yang bahkan dengan diri saya sendiri saja bisa menciptakan “damai” itu.
Penasaran dengan cerita perubahan lainnya? Cek selengkapnya di sini ya Peace People!
Akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti program yang diberi nama Training for Peace Educator itu. Perjalanan saya sebagai guru dari kampung pun saya tempuh, dan berhubung saat itu jalanan masih terdapat banyak perbaikan sehingga begitu sulit untuk dilalui, saya harus berangkat mulai dari subuh menggunakan sepeda motor, ini perjuangan!
Sesampainya ditempat kegiatan, ternyata ada kakak-kakak yang menyambut dengan begitu hangat, tersenyum ramah serta menyapa, mereka adalah Bang Huda, Bang Suka, Mbak Prema, Teh Hayati dan tim.
Dan ternyata mereka datang lebih jauh dari sekedar kampung halaman saya, yaitu dari Bandung. Mereka membagikan buku tentang 12 Nilai Dasar Perdamaian, mengajarkannya dengan cara yang sangat menyenangkan. Saat itu sedikit muncul rasa malu pada diri saya sendiri ketika melihat mereka begitu semangat menularkan nilai-nilai kebaikan, yang tentunya mereka lebih lelah jika dibandingkan dengan saya bahkan kami semua para peserta. Namun mereka tidak mau menunjukkan itu semua. Saya tidak mau mengecewakan mereka.
Setelah menerima materi dari mereka, mengetahui apa saja ke 12 Nilai Dasar Perdamaian dan juga bagaimana menyebarluaskan nilai-nilai tersebut, saya menyadari dalam hati, bahwa saya bukan manusia yang damai, bahkan satu nilai pun tidak saya miliki, ini benar-benar membuka pikiran saya. Saya harus mulai bisa bangga menjadi diri sendiri, menerima keberagaman dan mau memaafkan kesalahan bahkan mengakui kesalahan.
Dan tidak cukup sampai disitu saya dan teman-teman juga mencoba menyebarkan nilai-nilai perdamaian tersebut pada anak-anak di sekitaran daerah eks-lokalisasi, mereka sangat antusias dan saya menyadari masih banyak jiwa-jiwa yang ingin memiliki kedamaian, ingin menyebarkan kedamaian yang sebenarnya meski baru dimulai dari diri mereka masing-masing.
Setiap orang tua tidak ingin anaknya terjerumus pada kesalahan yang sama untuk kedua atau kesekian kalinya. Setiap orang tua berharap agar kelak anak mereka mengerti arti damai dan bahkan bisa merubah sesuatu yang dianggap tidak mungkin dan sudah mendapatkan label “buruk”. Harapan itu seolah sempat dititipkan oleh para orang tua mereka kepada kami yang mau menyapa dan menganggap mereka juga manusia.
Penulis: Moh Faisal Ramdhani, Guru Matematika yang mengajarkan 12 NDP
Kamu AoP punya cerita perubahan? Kirimkan ceritamu ke [email protected] !
Peace People, jika kamu ingin mendapatkan informasi terkini dari Peace Generation, klik di sini ya!