Perkenalkan, nama saya Muhamad Fadilah Ramadan, dari program studi Pendidikan Sosiologi Universitas Pendidikan Indonesia. Di Frosh saya berperan sebagai mentor pada kelompok 8.
Yang saya tau, Frosh Project adalah salah satu program dari Peace Generation Indonesia yang dikhususkan untuk mahasiswa baru agar memiliki kemampuan berpikir kritis, dan berkarakter damai.
Selama keberjalanan program dengan metode yang baru dan asyik tentu sangat bermanfat untuk para mentee, dan juga untuk saya sebagai mentor.
Banyak sekali tantangan yang saya hadapi selama menjadi mentor pada Frosh Project ID ini, mulai dari sulitnya menentukan jadwal mentoring, yang dimana harus menyesuaikan dengan kesibukan saya.
Saya juga saya harus menguasai materi yang ada, dan dituntut harus objektif dalam melakukan penilaian terhadap mentee-mentee saya. Namun proses itu semua menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi hidup saya.
Sebelum mengikuti mentoring Frosh saya juga pernah menjadi mentor atau Fasilitator pada kegiatan lain baik di dalam maupun di luar kampus, dulu saya berpikir bahwa mentor itu memiliki otoritas penuh terhadap mentee, sehingga dalam dalam pikiran saya yang namanya mentor itu serupa ‘dewa’.
Namun setelah saya dilatih oleh trainer terbaik di Frosh, kemudian mengalami langsung sebagai mentor Frosh, ternyata pandangan dulu saya terhadap sosok mentor itu salah,
Di Frosh ini saya belajar bagaimana saya memposisikan diri sebagai teman bagi para mentee, menjadi pendengar bagi mereka, dan saling berbagi saat diskusi. Intinya metode pada mentoring Frosh mengubah pandangan saya, bahwa mentor itu bukanlah pengajar, akan tetami partner dalam belajar.
Perubahan lain setelah terlibat dalam program ini adalah, saya merasa lebih baik dalam manajemen waktu. Saya dapat membuat skala prioritas lebih baik dari sebelumnya terhadap segala aktivitas yang saya lakukan, ini semua saya dapatkan dari salah satu materi pada mentoring Frosh ini yaitu pada quest Castle of Sandglass.
Quest ini sangat relate dengan kehidupan kampus. Di mana saya dihadapkan dengan kompleksitas dan kesibukan di beberapa organisasi, sehingga saya dituntut harus mengatur waktu dengan baik, dan memiliki prioritas waktu yang tepat. Di Frosh lah saya mendapatkan cara manajemen waktu dan membuat skala prioritas yang baik.
Dengan demikian saya sangat meyakini, bahwa terdapat kekuatan dalam mendengarkan, dan mengatur waktu. Tak selamanya kita harus didengar, ada kalanya kita harus menjadi pendengar, dan waktu itu sangat berharga.
Jangan sampai dicuri oleh pencuri waktu, kalo sudah dicuri kita tidak dapat mengambilnya lagi. Agar waktu kita tidak dicuri buatlah skala prioritas yang benar terhadap aktivitas yang kita lakukan.
Oleh: M Fadilah Ramadan, MENTOR FROSH UPI
Editor: Faza
Kamu AoP punya cerita perubahan? Kirimkan ceritamu ke [email protected]