Saya adalah anak terakhir dari lima bersaudara, ayah saya sudah meninggal sejak saya berumur tiga tahun. Sejak kecil, pendidikan yang saya dapatkan adalah pendidikan dari seorang ibu. Ibu saya memiliki karakter yang keras namun beliau adalah seseorang yang bijaksana. Dia rela melakukan apapun untuk anaknya. Sejak kecil saya mengenal ibu saya dengan karakter yang tegas mengenai hal pendidikan anaknya. Setiap hari saya harus belajar dan terus belajar, hingga saya tidak tahu yang namanya berkawan. Jangankan untuk bermain, keluar rumah saja saya pasti dibentak dan disuruh masuk ke dalam rumah dan lagi-lagi saya harus berkumpul dengan buku-buku pelajaran.
Saat itu hati saya benar-benar hancur, saya merasa tidak diberikan kebebasan selayaknya teman-teman saya yang lain saat itu. Hingga sampai saya besar dan tumbuh sebagai seorang remaja, saya sangat pasif. Saya tidak bisa bicara apapun. Saya malu dan kurang percaya diri. Saya merasa minder dan itu sangat menjengkelkan. Kurangnya bersosialisasi dengan orang-orang di lingkungan adalah penyebabnya.
Hingga masuk perguruan tinggipun, mulut saya masih sama. Sama-sama tidak tahu yang orang lain tanyakan dan tidak tahu kata-kata apa yang harus saya ucapkan untuk menjawab pertanyaan mereka. Hingga suatu saat pemilihan tempat PPL di kampus, saya berfikir dengan keras tempat yang seperti apa yang akan saya pelajari, dan bagaimana setelah saya disana. Apakah saya akan berubah, atau saya akan masih sama dengan saya yang dahulu (pecundang).
Hingga pada suatu hari, saya memilih Peace Generation sebagai tempat saya belajar, menggali pengalaman serta mencari jati diri saya sendiri. Tujuan awal saya masuk di Peace Generation adalah ingin mendapatkan pelajaran tentang arti kedamain, terutama kedamaian untuk diri saya sendiri.
Di Peace Generation saya mendapatkan 12 NDP (Nilai Dasar Perdamaian). Didalamnya saya belajar berbagai macam nilai yang sebagian besar tidak saya temukan di tempat lain. Nilai kehidupanpun saya temukan di Peace Generation. Pelajaran yang saya dapatkan selama satu bulan ini yaitu yang pertama melatih kemandirian. Di Peace Generation saya dan teman-teman ditempatkan pada divisi yang berbeda-beda, masing-masing diberi tugas yang berbeda-beda pula sehingga dengan adanya hal tersebut menyebabkan masing-masing peserta diberikan beban tanggung jawab sendiri-sendiri, dan mau tidak mau masing-masing peserta jelas harus bertanggung jawab terutama pada tugas yang telah diberikan. Adanya sikap tangung jawab tersebut yang akhirnya menumbuhkan sikap kemandirian di dalam diri peserta. Kedua yaitu melatih fokus dan berhati-hati. Di Peace Generation diberikan tugas sesuai dengan divisi masing-masing. Didalam tugas yang diberikan, selalu dikaitkan dengan data-data yang valid dan tidak boleh salah. Dalam tugas pendataan tersebut, peserta secara tidak langsung diajarkan bagaimana cara untuk fokus terhadap tugas yang diberikan. Ketiga yaitu melatih kesabaran. Di Peace Generation selama satu bulan ini, peserta diajarkan tentang perdamaian dan bagaimana menjadi agen dari suatu perdamaian. Pelajaran mengenai perdamaian tersebut juga berisikan tentang adanya pelajaran kesabaran. Seperti halnya sabar ketika mengerjakan tugas masing-masing divisi yang memiliki deadline tersendiri. Keempat yaitu nilai persaudaraan yang tinggi. Di Peace Generation, peserta diperlihatkan secara langsung dengan suasana kantor Peace Generation yang kesehariannya begitu erat hubungan antar masing-masing pegawai Peace Generation. Adanya Morning Reflection yang diadakan setiap hari Senin dan Jumát, menjadi salah satu bukti bahwa kekerabatan ada karena adanya proses komunikasi saling mendengarkan cerita satu dan yang lain.
Setelah satu bulan belajar dan mengalami Peace Generation, perubahan yang paling banyak saya alami adalah ada pada diri saya sendiri. Dimana saya yang sebelumnya adalah seseorang yang suka berprasangka buruk terhadap orang-orang yang saya temui, serta saya yang sebelumnya adalah belum sepenuhnya menerima kekurangan diri saya sendiri. Satu bulan ini saya belajar tentang diri saya sendiri untuk lebih mengontrol tentang pikiran-pikiran buruk tentang setiap orang yang saya temui dan saya bisa lebih menerima tentang keadaan diri saya yang saya punya saat ini.
Salah satu aksi nyata yang ingin dilakukan untuk menebar damai setelah belajar di Peace Generation yaitu menebarkan kebaikan dalam segala bentuk kepada teman-teman di lingkungan kampus, memberikan suatu pengajaran mengenai pengalaman yang sudah saya dapatkan di Peace Generation, salah satunya yaitu 12 NDP. Saya berharap suatu saat nanti saya dapat menjadi seseorang yang memberikan kedamaian untuk orang-orang disekitar saya dan untuk orang-orang yang saya sayangi, serta memberikan pendidikan yang baik untuk anak-anak saya kelak dengan tidak membatasi atas kebebasan mereka, salah satunya bebas untuk mencari jati diri mereka yang sebenarnya.
Penulis: Melina (Mahasiswa Jurusan Studi Agama-Agama, IAIN Purwokerto)
Editor: Hayati
Kamu AoP punya cerita perubahan? Kirimkan ceritamu ke [email protected]