Nilai Perdamaian yang Saya Pelajari di PeaceGen Mengajarkan Saya Menjadi Manusia yang Utuh

nilai-nilai perdamaian

Nilai perdamaian yang membuat saya berproses menjadi manusia yang utuh adalah 12 NDP. 12 NDP merupakan singkatan dari “12 Nilai Dasar Perdamaian” yang telah berhasil mengendarai ideologi para Agent of Peace (AoP) dan PeaceGeneration.

Selain sebagai perisai bagi para AoP, 12 NDP juga telah dianggap sebagai seperangkat ilmu yang wajib disebarkan. 12 NDP diawali nilai “menerima diri sendiri” dan diakhiri nilai “memaafkan orang lain”.

Sebelumnya, kenalkan aku Adrian Jaya Wijaya Rusli, mahasiswa semester 6 di salah satu kampus Kota Makassar yakni Universitas Muslim Indonesia. Aku tengah berproses kurang lebih 2 tahun di salah satu lembaga relawan yang akrab disebut “Peace Generation Makassar”.

PeaceGen Makassar adalah bagian dari lingkungan yang aku syukuri. Senang, bangga dan syukur bisa menjadi bagian dari lembaga tersebut. Dear PeaceGen Makassar, semangat ini harus dijaga, virus perdamaian ini mesti disebar, dan perdamaian negara adalah tanggung jawab.

Tulisan ini diperuntukkan untuk aku pribadi selaku manusia yang sangat tidak luput dari kekhilafan. Selain itu juga diperuntukkan kepada siapapun yang potensial membacanya serta sebagai pengingat bahwa aku pernah seantusias ini dalam menebar nilai perdamaian.

Menjadi manusia utuh adalah hasrat hampir semua manusia. Berjalan beriringan dengan perisai yang sangat cukup. Tak mudah menerima dogma, doktrin, obsesi serta selalu yakin pada diri sendiri. Namun apakah ini rumit? Perlukah waktu yang tidak sebentar?

Segala pertanyaan itu bukan tak bisa terjawab. Kalau kita menyinggung salah satu asas dalam filsafat “tidak ada yang tidak bisa” tentu kita harus bersegera meyakini bahwa ketidakbisaan adalah suatu kemustahilan. Oleh karena itu, melakukan perubahan terutama pada diri hanya digantungkan oleh dua hal, yaitu niat dan realisasi niat.

Kita perlu mengulik kenyataan yang mengharukan bahwa tak sedikit manusia yang hanya selesai pada niat. Hal ini menunjukkan betapa sulitnya merubah suatu niat menjadi sebuah kenyataan.

Masuk pada poin inti, bahwa 12 NDP bukan tidak bisa merubah kehidupan secara signifikan. Nilai perdamaian yang terkandung di dalamnya adalah menerima diri sendiri, menghapus prasangka, keragaman etnik, perbedaan agama, perbedaan gender, perbedaan status sosial, perbedaan kelompok, merayakan keberagaman , memahami konflik, menolak kekerasan, mengakui kesalahan, dan memaafkan orang lain. Kesemuanya merupakan kebutuhan kepala manusia.

  1. Menerima Diri Sendiri

Seperti halnya nilai pertama yakni menerima diri. Nilai tersebut sangat kontributif sebab tak sedikit manusia yang kehilangan jati dirinya dan tidak berdamai dengan dirinya, karena gagal dalam menerima dirinya sendiri. Tiap kita diciptakan unik. Berbeda-beda.

Tak ada seorang pun yang sama dengan yang lain. Kita semua diciptakan oleh Sang Khaliq dengan fisik, kemampuan dan talenta yang berbeda-beda. Manusia kurang menyadari bahwa ada dua hal yang patut untuk dilakukan. Pertama, menerima dengan penuh ikhlas pemberian Tuhan yang tak lagi bisa dirubah. Kedua, berani merubah apa yang masih bisa diubah.

Selain itu, poin penting pada nilai ini adalah kita tak seharusnya menggantungkan standar diri pada standar umum. Standar yang seringkali kita ingin capai adalah bersifat relatif. Seperti halnya di Amerika, perempuan merasa malu apabila kulitnya terlalu putih sehingga mereka menghabiskan waktu untuk berjemur dibawah sinar matahari demi kulitnya menjadi lebih gelap.

Di Indonesia terbalik. Yang berkulit sawo matang setengah mati agar berkulit putih. Selanjutnya, Di Amerika, hidung mancung adalah olokan. Di Indonesia, hidung pesek yang justru menjadi olokan. Untuk itu, standar adalah relatif maka ciptakanlah standarmu sendiri.

2. Menghapus Prasangka

Nilai perdamaian ke-2 yaitu “menghapus prasangka” yang juga sangat membantu dalam menyikapi suatu hal. Kata Irfan Amalee berprasangka adalah menghakimi sebelum memahami. Bahaya dari prasangka adalah mempersempit ruang lingkup pergaulan sebab berprasangka membuat diri kita terus curiga atau soudzon kepada orang lain. Kita menganggap semua orang di sekeliling kita sebagai ancaman dan akhirnya kita akan terasingkan sendiri.

Bahaya yang kedua adalah berprasangka akan menyempitkan cara berfikir. Orang yang suka berprasangka tidak mengonfirmasi dan cross-check, sehingga dia akan terjebak dalam pikiran dan prasangkanya sendiri. Cara yang bisa dilakukan untuk menghindari prasangka adalah menggunakan kacamata sinar-X. Ini adalah kacamata imajiner.

Melalui kacamata ini, kita akan belajar untuk melihat dan menilai setiap orang sebagai individu, bukan identitas dari kelompoknya atau status sosialnya. Kadang, menilai orang hanya dari kesan pertama itu sangat bahaya. Jadi kita harus menggunakan kacamata sinar-X untuk melihat orang lain.

Kacamata ini dapat digunakan untuk melihat hingga menembus kulit manusia dan melihat jauh ke dalam tubuh manusia yaitu ke dalam hatinya, karena sesungguhnya Tuhan tidak melihat bentuk fisik, Tuhan tidak melihat penampilan, melainkan Tuhan melihat hatinya.

Kita telah menyimak bagaimana peran dari Nilai ke-1 dan 2. Tugas kita selanjutnya adalah memahami isi dari nilai yang tersisa. Menjadi manusia utuh memanglah tidak mudah. Perlu konsistensi dan pengorbanan panjang.

InsyaAllah dengan memahami seluruh nilai perdamaian, kita akan lebih dekat dengan manusia yang utuh serta manusia yang berperisai, tolelir serta humanis. Semoga setelah membaca ini, hati teman-teman tersentuh hingga akhirnya bersegera menyelesaikan. Mari berjalan sama-sama demi diri yang lebih baik.

Salam Peace 😉

Editor: Mela Rusnika (Media Officer PeaceGen)

Daftar untuk mendapatkan info & promosi menarik!