Aku memiliki seorang teman, sebut saja namanya Bunga. Dia bercerita padaku bahwa ia menderita gangguan kepribadian yang menyebabkan pemikirannya berbeda dengan manusia pada umumnya. Sebagai teman dekatku, dia bercerita banyak hal, salah satunya adalah ketika dia merasa memiliki masalah dengan seseorang, ia mempengaruhiku untuk merasa memiliki masalah yang sama dengan orang itu.
Selain itu, ia juga sering menekanku untuk melakukan hal yang sama dengannya. Seperti contohnya memilih pemimpin yang sama dengan yang dia pilih dalam pemilu, berpandangan politik sama dengannya, dan bahkan mengubah kelompok praktikum dengan semena-mena hanya karena dia tidak sekelompok denganku atau dengan teman dekatku. Sebagai temannya, karena melihat keadaannya dan mungkin karena ketakutanku tidak memiliki teman, aku merasa tidak tega dan terus menurutinya tanpa mengindahkan apa yang sesungguhnya aku butuhkan dan aku inginkan.
Akhirnya aku pribadi merasa stress dengan tekanan dan pemikiran negatif yang tertular padaku serta merasa tidak adil atas tindakannya yang selalu mengatasnamakan penyakitnya atas semua hal yang ia lakukan.
Banyak mahasiswa belum terlalu memahami sifat dan kebutuhannya sendiri. Pada rentang usia mahasiswa yaitu sekitar 18-22 tahun adalah masa perkembangan psikologi peralihan kebingungan identitas (Identity versus role confusion) menjadi masa mencari kedekatan dengan sekitarnya (Intimacy versus Isolation). Dalam klasifikasi lain, usia ini termasuk tahap perkembangan seorang dewasa awal. Penyebab seseorang kurang memahami sifat dan kebutuhannya sendiri adalah salah satunya sibuk memperhatikan orang lain tanpa memperhatikan dirinya sendiri.
Banyak mahasiswa yang tidak enak untuk memberitahu lingkungan sekitarnya tentang dirinya, atau biasa disebut tidak asertif. Menurut Lange dan Jakubowski, terdapat beberapa alasan mengapa hal ini bisa terjadi yaitu diantaranya kesalahan menganggap tindakan tidak asertif sebagai suatu kesopanan, kegagalan untuk menerima hak pribadi, kecemasan adanya akibat negatif seperti tidak memiliki teman, dan kesalahan menganggap tindakan tidak asertif sebagai usaha untuk membantu orang lain.
Akhirnya mahasiswa merasakan tekanan sendiri yang justru menyakiti diri sendiri. Keterpaksaan dan tekanan dalam melakukan sebuah hal secara terus menerus adalah salah satu penyebabnya. Selain itu juga bisa diakibatkan oleh perasaan yang terpendam dan tidak dikomunikasikan dengan baik.
Seperti yang aku alami sendiri, memang sangat penting untuk dapat memahami diri sendiri dengan lebih baik dan mencoba untuk berkomunikasi dengan lebih baik pada orang lain. Seperti pada program Frosh yang dengan jelas memberikan alur untuk belajar memahami diri sendiri melalui Castle of Mirror, memahami emosi diri melalui Castle of Soul, kemudian memahami manajemen diri dan informasi dalam Castle of Sandglass dan Castle of Shadow.
Setelah memahami betul tentang diri sendiri, perjalanan dilanjutkan dengan mengenali bagaimana bersikap terhadap teman dan komunitas yang ada melalui Bridge of Peer dan Bridge of Community. Melalui program ini, aku menjadi lebih banyak belajar bahwa untuk memahami orang lain, coba pahami dirimu sendiri. Emosi dalam diri adalah hal yang harus diakui dan diutarakan dengan cara yang baik.
Aku juga belajar untuk mulai berkomunikasi tentang apa yang aku rasakan pada orang lain, tidak hanya menyimpannya dan mengiyakan pendapat serta ajakan orang lain dengan begitu saja. Jika aku tidak mampu menghadapi sesuatu sendiri, aku mencoba untuk berkomunikasi dan menyelesaikannya bersama orang lain karena memang kita tidak dapat hidup sendiri. Asal cara komunikasi kita baik, orang lain pasti dapat menerimanya.
Ketika aku bisa mengendalikan diri dengan baik, barulah aku bisa membantu sekitar aku dengan maksimal, contohnya kepada teman aku yang aku ceritakan sebelumnya. Setelah aku rasa aku cukup stabil, aku mulai sedikit mendekatinya, memahaminya, dan menjelaskan padanya dukungan apa yang bisa aku berikan padanya. Sehingga konflik tidak terjadi dan setiap pihak dapat diuntungkan. Jadi, kapan dirimu juga mau memulai bercerita?
Oleh: Lita Marina NIsa, MENTOR FROSH ITB
Editor: Faza
Kamu AoP punya cerita perubahan? Kirimkan ceritamu ke [email protected]