Peace Camp Bandung: Di Sini Saya Belajar Cara Menghadapi Konflik

Peace Camp
Foto: Kegiatan Peace Camp Bandung 2021

Peace Camp menjadi salah satu kegiatan yang membuat saya lebih bisa memahami diri saya sendiri ketika berhadapan dengan konflik. Di Tahun 2021 ini menjadi tahun yang berat bagi banyak orang, termasuk saya yang berkonflik dengan diri sendiri karena harus berdiam di rumah untuk menunggu kondisi pandemi lebih membaik.

Saya Adrian, seorang mahasiswa jurusan Pendidikan Geografi di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Saat ini saya berada di semester tujuh. Bisa dikatakan saya seorang yang biasa saja dan tidak banyak berkomunitas.

Selama pandemi saya merasa kurang happy karena sulit keluar untuk bermain dan bertemu teman-teman. Kondisi ini semakin mempersulit saya yang merasa tidak memiliki banyak kenalan, even di lingkungan tempat saya tinggal. Teman di dekat rumah pun mungkin punya dunianya sendiri, layaknya saya yang sibuk dengan perkuliahan.

Namun pandemi memaksa saya menghabiskan banyak waktu di rumah. Berbagai aktivitas pun saya lakukan, seperti menonton, bermain media sosial, makan, belajar, mengerjakan tugas, dan tidur. Membosankan sekali! Mungkin saya juga merasa sedikit tertekan dengan kondisi ini.

Saya pikir saya perlu menghabiskan waktu di luar rumah untuk releasing stress. Barangkali di luaran sana saya bisa bermain sambil bertemu dengan orang-orang baru. Sudah terbayang pasti akan menyenangkan dan menyegarkan pikiran dan mental saya kembali.

Pengalaman Mengikuti Kegiatan Peace Camp Bandung 2021

Suatu hari, dosen agama saya menghubungi dan mengundang saya untuk mengikuti kegiatan Peace Camp di Bandung. Kegiatan ini mungkin membantu menyegarkan mental saya. Selain itu, saya yakin akan mendapat banyak teman dan pengalaman baru. Saya lupa tanggal kegiatannya, tapi kegiatannya sangat mengesankan.

Ternyata dugaan saya benar! Selama mengikuti rangkaian kegiatan Peace Camp yang di dalamnya belajar juga tentang 12 Nilai Dasar Perdamaian, saya mendapat banyak pelajaran dan pengalaman baru. Saya menjadi paham, kalau saya berkonflik atau tidak memiliki hubungan yang baik dengan seseorang akan membuat saya semakin tertekan.

Pikiran saya juga akan terbebani dengan konflik tersebut, bahkan suatu hari nanti bisa jadi meledak. Selama proses pembelajaran, saya berefleksi bahwa saya itu perlu berdamai dengan orang-orang yang memiliki konflik atau memiliki hubungan yang tidak baik dengan saya.

Inti pembelajarannya, kita perlu berproses dengan konflik yang terjadi dalam diri dan lingkungan saya. Tentang resolusi konflik ini pun cukup membekas bagi saya, sampai saya lupa dengan nilai perdamaian lain yang saya pelajari. Sebenarnya masih banyak pelajaran dan pengalaman yang saya dapatkan, tapi fokus saya mengarah pada resolusi konflik dan mendapat teman baru.

Saya berangkat ke lokasi Peace Camp menggunakan ojek online. Kegiatannya berlangsung selama tiga hari dua malam. Menariknya dari kegiatan ini selain pembelajarannya, saya akhirnya dapat pulang dengan salah satu teman baru yang bernama Haris.

Oit Ris, kalau baca tulisan ini, sehat-sehat selalu ya! wkwk

Sekian pengalaman yang saya bagikan, semoga bermanfaat!

Editor: Mela Rusnika (Media Officer PeaceGen)

Daftar untuk mendapatkan info & promosi menarik!