Kalian pasti sering dengar beragam macam stereotype mahasiswa yang kuliah di kampus tertentu anak UI FH tuh emang hedon, anak UPI UNJ tuh religious, anak ITB tuh ambisius, anak BINUS, UPH tuh anak-anak orang kaya kalau bukan keluarga berada jangan kuliah disitu, you can’t keep up with the lifestyle. Dulu saya termakan dengan paradigma tersebut. Sampai saya bertemu Frosh, dan belajar tentang penerimaan diri di sini.
Mengkotak-kotakkan orang berdasarkan universitas mana yang mereka kuliah, saya kuliah di kampus UPI dan stereotype kampus UPI itu anaknya baik-baik religius, rajin shalat, rajin ngaji orang salah satu kebangaan nya juga memang kampus ini menyusung religiusitas terus juga banyak jokes tentang kepanjangan UPI yang menyangkut hal tersebut.
Mau baca kisah lain tentang perbedaan? Simak kacamata Iqbal dan perspektifnya di artikel ini!
Misalnya Universitas Pesantren Indonesia menggambarkan keadaan bagaimana agama sangat aman berperan penting di kampus tersebut dan juga saya merasa ketika orang tersebut religious ia akan cendurung patriarkal,kurang peduli dengann kesetaraan gender dan hal lain nya yang menyangkut ideologi feminism dan pembelaan hak minoritas dan juga saya menemukan banyak mahasiswa yang seperti itu.
Di frosh saya bertemu dengan beragam macam mahasiswa di frosh dari beragam latar belakang, kepercayaan, tingkat kepercayaan, ideologi, strata ekonomi dan lain nya akan tetapi hal positif yang menyatukan kita semua adalah keinginan untuk membuat dunia yang lebih baik yang lebih damai, lebih setara sedikit demi sedikit dimulai dari diri mereka sendiri lalu lingkungan nya.
Banyak dari mereka juga cukup concern kepada isu gender, isu minoritas, permasalahan yang ada di sekitar kampus dan mahasiswa. Di awal saya bertemu dan mengikuti frosh saya rasa saya gak defensive karena saya udah mempunyai banyak judge dan perspektif sendiri yang tidak berdasar akan tetapi di frosh saya menemukan project officer Kak Azhar yang sangat terbuka dan sabar dalam membimbing teman-teman.
Sekarang,saya berusaha untuk mendengarkan perspektif orang lain yang berbeda dari saya apapun kepercayaan, ideologi , cara melihat dunia, cara menghadapi masalah dan ternyata itu menyenangkan dan membuat saya tidak memakai kacamata kuda: tidak sombong dan merasa diri paling benar terus ketika ada masalah.
Inilah bentuk penerimaan diri yang sesungguhnya.
Kamu AoP punya cerita perubahan? Kirimkan ceritamu ke [email protected]
Peace People, untuk mendapatkan informasi terkini seputar Peace Generation, jangan lupa klik di sini!
Oleh: Peni Rizki, MENTOR FROSH UPI
Editor: Faza Rahim