Saya Reksyanti Ramana Nurdin, adalah anak ke 2 dari 3 bersaudara, saya berasal dari suku bugis dan menado, umur saya 22 tahun, hobby saya ngemil dan menyanyi. saat ini saya masih aktif kuliah di universitas tadulako, jurusan administrasi publik. Saya adalah anak yang sangat keras kepala, suka jealous kalau saya tidak di istimewakan di kalangan keluarga maupun berteman. Saya adalah anak yang pemarah dan egois, ya saya sadari hal ini .
Berangkat dari cerita singkat saya di atas saya pernah mengalami kisah yang sangat buruk dan membekas di hati bahkan dijiwa saya sampai saat ini, yaitu “PEMBULIAN”. YA!! Saya pernah di bully. Hal ini berawal pada waktu itu ketika tiba jam pulang sekolah saya bersama teman saya berjalan di lorong-lorong sekolah yang dimana banyak guru- guru berkumpul dan banyak siswa siswi yang bergantian lewat, ketika saya dan teman saya berjalan dengan sedikit tersenyum kepada guru-guru itu tak lama ketika langkah kakinya sudah hampir meninggalkan tempat itu, ada seorang bapak guru dan guru ppkn saya memanggil saya.
Dan sontak saya langsung bergegas balik untuk menghampiri bapak dan ibu guru tersebut dan bertanya “iya pak,ada apa pak?” hanya kalimat ini yang saya ucapkan kemudian bapak itu membalsnya “Kamu gendut sekali, Berapa tahun tidak berak/BAB(maaf sedikit kasar)” dan disitu sontak saya terdiam dan mendengar begitu banyak orang yang menertawakan bahwakan guru-guru yang lain pun ikut tertawa bahkan mengolok-olok. Yaaa mungkin mereka menanggap itu hal bercanda , tapi tidak dengan ku.
Pada saat itu saya mencoba tidak untuk menangis dihadapan mereka dan saya berjanji untuk tidak menceritakan kepada orang tua saya, namun suara tertawa mereka sangat terekam jelas di ingatan saya yang mengakibatkan saya mengurung diri dikamar dan menangis. Pada saat itu tanpa sengaja adik saya mendengar suara saya menangis dan dia memanggil mama saya untuk menanyakan kenapa saya menangis. Disaat itu saya sangat berat untuk menceritakan karena saya sudah berjanji tetapi mama saya sampai menangis khawatirmelihat saya dan akhirnya saya pun menceritakan semuanya. Sontak mama saya menangis kencang dan memanggil papa saya, dan akhirnya papa saya sangat amat marah dan menarik saya untuk kesekolah dan menunjukan siapa guru yang sudah membuly saya.
Sesampainya kami disekolah papa saya bertemu dengan kepala sekolah menanyakan guru yang sudah membully saya namun kepala sekolah tidak ingin mempertemukan sebab papa saya terlihat begitu marah. Papa saya bertanya “kenapa harus guru yang membully ? anak saya salah apa ? anak saya berprestasi loh disekolah ini dia menang membawa nama sekolah dikejuaraan judo se Sulawesi selatan, kenapa kalian tega membully anak saya ?“ kepala sekolah saya hanya bisa terdiam. Singkat cerita saya selama 2 minggu tidak masuk sekolah dan didampingi guru BK untuk bisa sekolah lagi. Peristiwa ini sangat membekas untuk kehidupan saya.
Singkat cerita…
Setelah peristiwa bencana 28 september 2018 di palu, saya aktif ikut dikegiatan social bersama teman – teman dikampus , sampai dimana saya di ajak untuk mengikuti program training Board Game For Peace yang di selenggarakan oleh PEACEGEN BANDUNG selama 3 hari di pengungsian balaroa. Pada saat saya mengikuti program tersebut begitu banyak pelajaran yang saya bisa ambil dan perasaan begitu bahagia sehingga sedikit mengurangi rasa trauma akibat bencana yang terjadi. Setelah dari proses training yang saya lewati, saya sangat tertarik untuk menruskan ke orang lain nilai dasar perdamaian yang sudah membuat perubahan besar dalam kehidupan saya termaksud karakter saya yang egois, pemarah, bahkan tidak percaya diri.
Saya sangat senang dan bersyukur Allah menyempatkan saya untuk merubah diri jadi lebih baik lagi dengan menerapkan nilai dasar perdamaian di idri saya, sampai dimana hati saya terketuk untuk menghibur adik adik di pengusian yang ada di pantaloan dengan bermain board game bersama dan memberi sedikit pemahaman tentang 12 NDP lewat buku yang saya miliki. Saya begitu bahagia bisa melihat mereka tertawa lepas , senyum mereka begitu damai. Begitu banyak perubahan positif yang saya dapatkan dikehidupan saya, dimana say menjadi anak yang bisa lebih bersabar, tidak mengutamakan ego, percaya diri dan bisa menobati rasa sakit saya terhadap bully.
Di saat inilah saya memulai untuk meneruskan menyebarkan damai kepada orang –orang terdekat saya, saya ingin orang-orang disekitar saya paham bahwa damai dan toleransi itu INDAH. Dan suatu hari saya di ajak untuk masuk kedalam struktur pecageneration sulteng untuk sama-sama teman –teman yang lain berkomitmen menyebarkan 12 NDP di Sulawesi Tengah dan tanpa berfikir panjang saya masuk dan Alhamdulillah sampai dititk saya menjadi fasilitator untuk program BDW. Wah ini pencapaian yang sangat luar biasa di hidup saya dimana saya bermanfaat untuk orang lain.ketika saya menjadi fasilitator dan dipercaya untuk mengajarkan 12 NDP terhadap guru-guru sekolah yang terpilih yaitu SMA Muhamadiyah Palu dan SMA GKST Imanuel Palu perasaan saya sangat khawatir karena ini moment pertama di kehdupan saya mengajar guru-guru.
Sangat tertantang, tapi Alhamdulillah saya bisa berhasil dan senang bisa shareing banyak hal tentang toleransi, perdamaian didalam kehidupan bersama guru-guru. Saya berharap program BDW yang akan dilaksanakan nanti dapat meruntuhkan dinding prasangka terhadap oranglain. Dan Smoga Toleransi dan perdamaian Sampai Dunia berakhir.
Penulis: Reksyanti Ramana Nurdin, Agent of Peace Palu
Kamu AoP punya cerita perubahan? Kirimkan ceritamu ke [email protected]