November 2018 lalu, saya mengikuti sebuah camp di kota Bandung. Hal yang unik dari camp bertemakan peace ini adalah pesertanya yang berasal dari 2 agama yang berbeda: Islam dan Kristen, dua agama dengan penganut agama terbanyak di dunia. Camp ini lahir dari kesadaran tentang banyaknya konflik dan kesalahpahaman antara penganut Islam dan Kristen.
Acara ini mempertemukan Muslim dan Kristen. Itu dilakukan sebagai usaha untuk memperbaiki hubungan dan menyelesaikan permasalahan yang selama ini dihadapi bersama, antara penganut agama Islam dan penganut agama Kristen. Selain konflik antara dua agama, camp ini secara umum lahir dari keprihatinan terhadap banyaknya persoalan sosial yang akhir-akhir ini banyak terjadi, seperti diskriminasi, bullying, penyebaran hoax, dan sebagainya.
Tentu saja diperlukan suatu panduan nilai yang dapat menjadi landasan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan itu. Maka panduan nilai inilah yang kemudian disebut dengan 12 Nilai Dasar Perdamaian. Nilai-nilai ini merupakan produk pemikiran Irfan Amalee dan Erick Lincoln, pendiri Peace Generation Indonesia. Nilai ini juga kemudian menjadi bahan materi dalam Peace Camp yang saya ikuti, dan saya mulai mengenalnya pada Peace Camp ini.
Pada awalnya, saya tak tahu pasti bagaimana “menciptakan damai” dengan menggunakan 12 Nilai Dasar Perdamaian yang telah saya pelajari ini. Namun, seiring berjalannya waktu dan banyaknya kegiatan perdamaian, juga perjalanan kehidupan yang saya dan orang lain jalani, saya mulai mengerti mengapa kemudian 12 Nilai Perdamaian ini menjadi sesuatu yang sangat penting untuk dipahami.
Banyak permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat atau yang saya alami secara langsung menurut saya untuk bisa mengaplikasikan nilai-nilai perdamaian ini.
Nilai yang paling berpengaruh dan memberi efek yang besar terhadap kehidupan saya yakni nilai “Menerima Diri Sendiri.” Barangkali sebab itu pula nilai tersebut disimpan pada nilai pertama, yakni bahwa untuk bisa menciptakan damai dengan orang lain, terlebih dahulu harus berdamai dengan diri sendiri.
Sebab, banyak persoalan yang muncul di masyarakat ternyata diawali dengan permasalahan pribadi, atau dengan diri sendiri. Sebab berdamai dengan diri sendiri adalah nilai paling dasar. Sebab itu pula, nilai ini menjadi nilai yang tidak mudah dilakukan.
Misalnya, kita dapat dengan mudah memaafkan kesalahan orang lain, tapi ternyata tak kunjung bisa memaafkan diri sendiri; memaafkan seluruh kesalahan dan kekurangan kita. Secara tak sadar kita telah membuat konflik dengan diri kita sendiri.
Mengenal, mempelajari, dan menerapkan 12 Nilai Dasar Perdamaian membawa saya pada banyak refleksi mengenai kehidupan yang dijalani. Apalagi selepas menyandang gelar sebagai seorang “Peacemaker,” tentu tak etis jika realitanya saya tak menjadi orang yang damai. Hal pertama yang saya lakukan dengan 12 Nilai Dasar Perdamaian adalah dengan berusaha menerapkannya dalam kehidupan diri sendiri.
Perubahan paling signifikan yang saya rasakan setelah mempelajari 12 Nilai Perdamaian adalah saya menjadi banyak mempertimbangkan segala sesuatu yang akan saya lakukan. Setiap hendak berbicara atau melakukan sesuatu, saya selalu memulainya dengan bertanya pada diri sendiri: “apakah hal yang saya lakukan ini adalah sesuatu yang benar? apakah sesuatu yang baik? apakah sesuatu yang bermanfaat? dan apakah sesuatu yang damai ataukah tidak?”
Dari pertanyaan-pertanyaan itu, setidaknya dapat meminimalisir kemungkinan saya berbuat kesalahan. Belajar 12 Nilai Perdamaian membawa saya untuk lebih berusaha hidup bijaksana, dan tak menjadi orang egois.
Bagi saya, pesan utama yang hendak disampaikan lewat 12 Nilai Dasar Perdamaian ini adalah “kesadaran kita sebagai seorang manusia.” Kita harus mensyukuri segala sesuatu yang telah Tuhan berikan kepada kita, mensyukuri jiwa-raga dan kehidupan kita, mensyukuri keragaman.
Bahkan juga mensyukuri seluruh permasalahan yang kita hadapi. Rasa menerima terhadap segala sesuatu yang Tuhan beri, akan membawa kita pada kedamaian yang kita inginkan, InsyaAllah.
Saya mendorong siapa saja untuk terus menyebarkan virus perdamaian ini, dan memberi tahu orang lain tentang adanya 12 Nilai Dasar Perdamaian. Karena itu, saya berharap akan lebih banyak lagi orang-orang yang berdamai dengan dirinya, dan juga ikut menciptakan damai dengan orang lain.
Mudah-mudahan, lewat 12 Nilai Dasar Perdamaian ini kita dapat menyongsong kehidupan yang damai, sesuai kehendak Tuhan. Amin.
Penulis: Rike Adelia Hermawan, YIPC Bandung
Editor: Zulkifli Fajri Ramadan
Kamu AoP punya cerita perubahan? Kirimkan ceritamu ke [email protected]