Hai, saya Sahrul Hidayat, seorang mahasiswa yang terpaksa harus lulus karena saya harus ikut wisuda. Mungkin beberapa bulan lalu saya hanyalah seorang yang sangat biasa. Dengan segala kekurangan dan aktivitas yang sangat biasa.
Cerita ini saya mulai di suatu malam saat saya melihat postingan seorang teman mengenai pendaftaran relawan Sekolah Cerdas bacth 1. Saat itu saya langsung mendaftar. Cerita hidup saya mulai ramai setelah saya dinyatakan lolos menjadi 10 kakak cerdas terpilih untuk mengikuti karantina di sebuah vila di Bandung.
Saya adalah saya, yang ketika mulai mengikuti karantina ini, pengetahuan saya mengenai kebencanaan sangatlah minim. Tapi semua mulai berubah seiring berjalannya masa karantina. Saya mulai mengerti bahwa saya harus selesai dengan diri sendiri.
Saya harus memaafkan orang-orang yang memiliki kesalahan kepada saya. Saya sangat bebas dan bahagia sebab saat karantina itu setiap pagi saya dan kawan-kawan diminta untuk merefleksikan segala hal. Itu membuatku lebih terasa bermakna dan bersyukur.
Di sisi lain saya lebih mengerti bahwa memaafkan, mengatahui perbedaan dan mengenal diri sendiri adalah salah satu hal yang sangat penting yang harus diterapkan sebagai nilai dasar perdamaian. Saya juga memahami bahwa bentuk bencana itu bukan hanya sebatas tsunami, gempa, dan sejenisnya.
Namun juga bencana sosial yang ternyata korbannya lebih banyak. 80% anak Indonesia adalah korban dari bencana sosial ini, salah satu bentuknya adalah bulliying.
Saat itu saya sudah siap menjadi seorang Kakak Cerdas yang akan menjadi Agent of Peace bagi sekolah-sekolah yang ada di Indonesia. Setelah mengikuti karantina, saya nyatakan dan mendeklarasikan diri bahwa saya telah selesai dengan diri saya dan saatnya saya memberi dan bermanfaat bagi sesama.
Saya di sini menyatakan bahwa anda yang membaca tulisan ini adalah orang yang beruntung. Beruntung karena anda juga berkesempatan bergabung bersama saya untuk menjadi agen perdamaian.
Penulis: Sahrul Hidayat (Kakak Cerdas Batch II)
Editor: Zulkifli Fajri Ramadan
Kamu AoP punya cerita perubahan? Kirimkan ceritamu ke [email protected]