Sean; Mereka Memilih Harmoni

Imam Al Ghazali pernah berkata “Jika kamu bukan anak seorang Raja, bukan pula anak seorang Ulama Besar, maka MENULISLAH”.


Jika narasi “iqra/membaca” tidak hanya ditafsirkan secara sempit sebagai kegiatan membaca secara literat, namun lebih luas dari itu yaitu seperti kegiatan membaca keadaan, membaca tanda-tanda, membaca perilaku manusia, membaca alam, dan seterusnya.
Maka begitupun sama halnya dengan “uktub/menulis”. Secara normatif dengan adanya perintah membaca maka secara otomatis, kitapun sebenarnya dituntut untuk menulis. Bukan juga hanya dalam artian yang sempit seperti menggoreskan pena diatas lembaran kertas atau mengetikkan sejumlah karakter pada keyboard. Namun juga menulis yang berarti memberikan dampak bagi sesama, karna sejatinya manusia terbaik adalah yang paling bermanfaat untuk sesamanya.


Melalui program @sekolahcerdas.id yang diinisiasi oleh @peacegenid bekerjasama dengan @lazismupusat dan @mdmcindonesia ini saya sedang mengusahakan ikhitiar tulisan-tulisan kemanusiaan saya dalam bentuk pengabdian mendidik generasi muda di pelosok Indonesia selama 3 bulan bisa berdampak dan bermanfaat bagi sesama, khususnya pada generasi muda kelak.
Tiga bulan adalah waktu yang tidak lama sekaligus juga tidak sebentar. Tidak lama karna saya merasa waktu berlalu begitu cepat sejak hari kedatangan kami di Desa, disambut warga dan anak-anak dengan antusias hingga hari inagurasi perpisahan kami, dilepas warga dan anak-anak dengan lambaian tangan, pipi yang basah karna air mata, dan juga hati yang berat untuk berpisah.


Terus terang, pengalaman mengabdi di NTT bagi saya adalah sebuah pengalaman yang akan selamanya mengubah hidup saya (life changing experience). Banyak hal yang saya serap, alami, dan pelajari langsung secara cuma-cuma selama berada di sana. Kesederhanaan dan kebersahajaan warganyalah yang menurut saya paling berkesan. Tidak habis pikir, di tengah situasi kekeringan akibat sulitnya akses terhadap sumber air bersih dan juga akses terhadap derasnya arus globalisasi dan informasi justru menjadikan warganya memiliki daya resistent dan recilience yang tinggi. Selain itu tema besar perdamaian yang diusung @peacegenid melalui kami sebagai agent of peace-nya pun tampaknya secara konsisten telah melekat dalam keseharian sebagian besar warganya. Bagaimana perdamaian diterjemahkan di sana sungguh mengguggah hati siapapun yang melihatnya secara langsung. Terbukti di Desa, berbagai latar belakang agama dan perbedaan lainnya bukan menjadikan sekat pembatas interaksi yang harmonis antar warganya, yang menjadikan konflik atas nama perbedaan bukanlah menjadi isu besar, karna sejak turun-temurun mereka telah berpegang teguh pada prinsip-prinsip perdamaian. Mereka memilih harmoni, jauh sebelum kita yang hidup di perkotaan baru memulai untuk memikirkannya.

 

Penulis: Sean Kakak CERDAS asal Bandung. Tempat pengabdian: NTT.

Kamu AoP punya cerita perubahan? Kirimkan ceritamu ke [email protected]

Daftar untuk mendapatkan info & promosi menarik!