Menjalani profesi sebagai seorang guru bukanlah sesuatu yang mudah. Dengan meningkatnya teknologi komunikasi terkadang keberadaan seorang guru mulai diremehkan.
Untuk proses belajar saat ini, anak-anak bisa menggunakan internet sebagai media belajar. Menjadi anak yang serba tahu akan sesuatu sangat mudah digapai dengan adanya internet tersebut.
Padahal tugas guru itu bukanlah hanya menjadikan anak didiknya pintar saja. Sesuai dengan yang telah diamanatkan dalam peraturan perundang-undangan, guru mengemban tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Tugas utama guru juga termasuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, menjadi warga negara yang cerdas, demokratis, bertanggung jawab, dan memiliki kesadaran berkonstitusi yang tinggi.
Tugas guru tersebut dengan tegas cenderung lebih banyak menyoroti tentang pentingnya karakter baik yang dimiliki peseta didik, bukan sekedar hanya kecerdasan kognitif saja.
Sebagai guru mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), saya merasakan tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan dengan guru mata pelajaran lainnya untuk membentuk peserta didik seperti apa yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.
Selain karena PPKn yang banyak memuat materi ketatanegaraan, kontennya pun memuat pembelajaran yang bersifat pembentukan karakter menjadi warga negara Indonesia yang baik berdasarkan kepada nilai-nilai Pancasila. Salah satu materi yang dibahas pada mata pelajaran PPKn adalah Bhinneka Tunggal Ika, semboyan negara yang ada pada lambang negara.
Bukan tanpa sebab materi Bhinneka Tunggal Ika banyak masuk kedalam kurikulum PPKn terbaru. Kondisi negara yang sudah banyak menyimpang dari nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika semakin hari semakin meningkat.
Kekerasan antar kelompok terus bertambah, konflik semakin meluas, sikap intoleran sudah sering dipertontonkan, dan menghargai keberagaman semakin ditinggalkan. Itulah realitas yang sekarang terjadi di masyarakat Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika hanyalah tinggal semboyan, masyarakat sudah banyak acuh dalam pelaksanaannya.
Sebagai seorang guru, terlebih guru PPKn, saya tentunya mempunyai tugas untuk membentuk peserta didik agar memiliki rasa kebangsaan dan dan cinta tanah air, menjadi warga negara yang cerdas, demokratis, bertanggung jawab, dan memiliki kesadaran berkonstitusi yang tinggi. Beban tugas yang diemban seorang guru PPKn terasa semakin berat dengan realitas yang sekarang ada di masyarakat.
Membuka wawasan anak-anak akan pentingnya saling menghargai dalam keberagaman bukanlah hal yang mudah. Bagaimana tidak, ketika saya membahas materi keberagaman terkadang ada siswa yang seolah-olah merasa tidak penting untuk mengetahui orang lain yang tidak sama identitasnya dengan dia, baik itu suku, agama, ras maupun antar golongan. Dia cenderung tidak menyukai adanya perbedaan.
Dengan menolak adanya keberagaman, maka akan melahirkan masalah-masalah tentang perdamaian. Padahal perdamaian sesungguhnya dapat tercipta ketika kita sudah menghargai perbedaan yang ada di masayarakat. Dan saat ini nilai-nilai perdamaian tersebut semakin hari semakin meluntur. Kasus-kasus akibat tidak adanya saling menghormati keberagaman semakin hari semakin meningkat.
Merupakan sebuah tantangan bagi seorang guru PPKn untuk mengajarkan tentang nilai-nilai normatif tentang keberagaman di kelasnya. Sedangkan realita di masyarakat banyak yang bertentangan. Sehingga diperlukan cara yang tepat agar peserta didik tidak mudah terpengaruhi oleh kasus-kasus yang bertentangan dengan keberagaman.
Adanya Peace Generation sangat membantu permasalahan yang sedang saya alami. Adanya pelatihan 12 Nilai Dasar Perdamaian membuka wawasan baru bagi saya untuk memperkuat pembelajaran di dalam kelas, khususnya materi keberagaman.
Mengikuti pelatihan Peace Generation merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi saya. Selain bisa menjawab tantangan ketika mengajarkan keberagaman, saya juga mendapatkan cara-cara efektif agar materi tersebut tersampaikan dengan baik kepada peserta didik.
12 Nilai Dasar Perdamaian ini banyak menyadarkan saya akan pentingnya arti perdamian dan cara menumbuhkannya. Saya selalu yakin, materi keberagaman yang dulunya sulit untuk dipahami oleh peserta didik, akan mudah disampaikan dengan mengadopsi pembelajaran 12 nilai perdamaian dari Peace Generation.
Setelah mengikuti pelatihan dan mempelajari lebih lanjut tentang 12 Nilai Dasar Perdamaian, saya mencoba merancang kurikulum pembelajaran PPKn yang dikolaborasikan dengan 12 Nilai Dasar Perdamian. Langkah ini tentunya sama sekali tidak mengurangi kurikulum PPKn yang sudah ditetapkan secara nasional, tetapi menjadikan 12 Nilai Dasar Perdamaian ini sebagai materi pengayaan.
Karena saat ini saya mengajar di jenjang Sekolah Menengah Pertama, rancangan kurikulum PPKn yang telah dikolaborasikan itu saya peruntukan untuk kelas 7, 8, dan 9. Sehingga 12 Nilai Dasar Perdamaian ini akan tersampaikan semua di jenjang pendidikan SMP. Semoga langkah kecil ini merupakan langkah saya menjadi bagian dari Agent of Peace. Juga semoga peserta didik saya nantinya menjadi the next Agent of Peace.
Penulis: Sarif Hidayat (Guru PPKn SMP Muhammadiyah 8 Bandung)
Editor: Zulkifli Fajri Ramadan
Kamu AoP punya cerita perubahan? Kirimkan ceritamu ke [email protected]