Awal memperoleh kabar tentang ToT Peace Generation Makassar 2017 lalu dari Muhammad Iqbal, senior saya di Sekolah Demokrasi. Atas infonya saya mendaftar, syukur Alhamdulillah saya bisa ikut meski begitu banyak tantangan dan rintangan.
Dua anak saya harus ikut juga dan harus dititip di Takalar. Perjalanan menuju lokasi training jauh dan saya harus bolak – balik dari tempat training tepat waktu dan pulang ke tempat anak saya di titip.
Tetapi dari semua kesulitan, banyak hal yang saya peroleh setelah menerima materi 12 Nilai Perdamaian. Perubahan pada diri saya yang tertutup, selalu merasa risih karena banyak tekanan dan selalu merasa rendah diri. Setelah materi memaafkan saya mulai merasa ada semangat yang selalu hadir.
Pulang ke rumah akhirnya saya terapkan pada anak – anak terutama kepada anak yang pertama dan kedua yang sering berselisih. Kemudian terjadi perubahan yang signifikan, mereka yang awalnya sering mem-bully satu dan lainnya, sejak saat itu sudah tidak pernah lagi bahkan mereka sering saling berbagi dan saling membantu.
Lalu saya memulai berkomunikasi dengan Pemerintah dan teman-teman komunitas, awalnya agak malu namun saya berusaha untuk saling menerima saran yang akhirnya kegiatan awal PeaceCamp Sumpang Bita Pangkep terlaksana dengan 21 peserta yang lolos dari beberapa komunitas seperti PMII, HMI, IPM dan KNPI.
Lalu saya mulai komunikasi dengan pihak Gereja dan FKUB awalnya berjalan mulus namun ada beberapa yang ekstrim tidak ingin menerima.
Kembali saya memulai di Kantor Urusan Agama Kecamatan Kalmas karena memang saya terpilih sebagai Penyuluh Agama Islam. Hal yang sangat sinkron dengan spesialisasi yang saya pilih yaitu Pencegahan Radikalisme.
Saya lalu berkunjung ke pulau tersebut dengan jarak tempuh yang cukup jauh 20 jam perjalanan normal dari Pelabuhan Paotere Makassar. Di Pulau Kalukuang, nama pulau salah satu di Kecamatan Liukang Kalmas, materi 12 Nilai perdamaian saya terapkan mengajarkan kepada Ibu – ibu majelis taklim, mengajarkan kepada anak – anak TKA/TPA, remaja, siswa dan siswi SD hingga SMA sederajat yang ada di sana. Mereka sangat bersemangat.
Di tempat ini tidak memiliki koneksi internet, telefon dan listrik yang menyala hanya dari jam 6 sore hingga jam 6 Pagi. Selama disana hal yang paling mereka sukai adalah belajar tentang 12 Nilai perdamaian dan games nya.
Tanggal 16 – 21 Juni 2018 kami mengadakan Peacesantren atas kerjasama dengan Polres Pangkep dengan total peserta 25 orang yang lolos. Merekapun sangat menyukai kegiatan tersebut.
Banyak hal yang saya dapatkan dan para peserta dapatkan. Mereka jadi lebih arif bertindak dan lebih aktif di sekolahnya. Sementara saya sendiri semakin bisa membuat perubahan disetiap aktivitas saya. Bertindak semakin arif dan berfikir positif.
Di tahun 2019, beberapa kegiatan mulai kami lakukan dengan melaksanakan Peace School with Boardgame di SMP Negeri 4 Pangkajene, mereka sangat antusias begitu pula para tenaga pengajarnya.
Jumlah peserta total 36 orang 18 laki – laki dan 18 perempuan untuk seluruh tingkatan kelas. Sedangkan di SMP Negeri 1 Pangkajene dan MTs DDI Tekolabbua, 12 NDP diajarkan saat jam istirahat.
“Sebanyak apapun perbedaan diantara kita jangan jadikan itu sebagai pisau untuk memecah kita, tapi jadikan itu sebagai jarum dan benang yang mampu memintal setiap potongan – potongan yang berbeda menjadi sesuatu yang indah”
Penulis: Sukma Paramit, Ketua Chapter Pangkep
Kamu AoP punya cerita perubahan? Kirimkan ceritamu ke [email protected]