Bagi peace people yang saat ini sedang menjalankan ibadah puasa, tak terasa ya beberapa hari lagi kita akan merayakan hari lebaran. Walaupun lebaran ini harus #dirumahaja, semoga tidak mengurangi sukacitanya. Rasa suka cita ini bukan hanya untuk mereka yang sudah menjalankan ibadah puasa di Bulan Ramadan, tapi juga untuk kita semua sesama umat manusia. Lantas bagaimana kita memaknainya?
Pertanyaan itu terjawab dalam sebuah online learning penutup edisi Ramadan dari Peace Academy yang diselenggarakan pada tanggal 19 Mei 2020. Acara ini dihadiri oleh kedua narasumber yang luar biasa, yaitu Irfan Amalee dan Eric Lincoln sebagai Co-Founder Peace Generation. Serta dimoderatori oleh Anisa.
Sebagai pembuka diskusi, Irfan Amalee memulai dengan sebuah aktivitas menggambar diri. Dan temanya adalah self auditing dan life planning. Hal tersebut tentang penerimaan diri. Kita akan mengaudit diri kita apakah pandemi ini sudah mengubah kita menjadi lebih berkembang secara potensi atau tidak. Ini diambil dari bukunya yang berjudul “diary masa depan. Self auditing dan life planning”. Kita bisa melihat diri kita dari tujuh hal.
- Uang
- Karir
- Kesehatan
- Spiritualitas
- Keluarga
- Sosial
- Kesenangan/hobi
Dan Irfan memberikan instruksi, “Silahkan gambar sesuai dengan waktu yang paling banyak kita habiskan selama masa pandemi. Kalau ada yang membesar pasti ada yang mengecil karena waktu kita tidak bertambah. Kemudian buatlah titik itu hubungkan hingga menjadi tersambung satu sama lain.” Hasilnya pun berbeda-beda.
“Kalau saya yang paling rendah itu kesehatan dan investasi. Yang paling tinggi itu spiritual, keluarga dan kesenangan mengeksplore hal-hal yang baru.” Tutur Rezha dari YIPC Bandung. Lain halnya dengan Akbar, salah seorang AOP dari Makassar, “Kalau saya hampir seimbang. Tapi output nya aset di angka satu. Kuliah, karir dan kesehatan masih oke. Spiritual dan keluarga semakin meningkat. Dan sosial yang paling tinggi karena kemarin saya melakukan galang aksi dana bersama teman-teman PeaceGen Makassar dan komunitas lain.”
Self Auditing memberikan output yang berbeda-beda pada setiap individu. Apakah krisis ini membuat diri kita tetap seimbang atau tidak? Dan seberapa banyak waktu yang kita berikan kepada 7 hal tadi?
Dahulu, John F. Kennedy pernah berkata, “Ketika krisis ini ditulis dalam bentuk huruf china, maka krisis ini adalah terdiri dari danger dan opportunity.” Kalau dalam bahasa arab, ujian itu dari kata fatana itu fitnah atau membakar atau melelehkan. Kalau emas, untuk mengeluarkan emas itu harus didihkan dan dilelehkan agar bisa keluar mana emas mana yang bukan. Sama seperti krisis. Selain memberikan danger, juga memberikan opportunity. Apakah kualitas orang itu akan menurun karena danger-nya atau malah berkembang karena melihat opportunity-nya. Seperti kata chaplin “Kalau hidup ini tidak ada hal yang menakutkan, ancaman, krisis kayaknya hidup ini nggak akan indah. Jadi kita memerlukan keberanian, imajinasi dan daugh”. Kita bisa belajar dan mengembangkan diri walaupun di situasi ini.
Ada kutipan yang menarik dari Bambang Q. Anies yang mengatakan bahwa, “Banyak orang yang komplain dengan lockdown ini. Padahal bayangkan nabi muhammad dulu lockdown di Gua Hira untuk akhirnya sampai mendapatkan wahyu dan mengubah dunia. Seorang aja tuh lockdown nya. Namanya ber-tahannuts atau meditasi. Sekarang orang sedunia melakukan lockdown di gua nya masing masing, yang dinamakan rumah. Nah, apakah nanti jika ini sudah selesai bulan juni atau juli, orang-orang keluar menjadi pribadi yang lebih besar atau menjadi pribadi yang lebih menciut.”
Kemudian, Eric melanjutkan diskusi ini dengan sebuah pertanyaan, “Apa arti dari Minal Aidzin wal Faidzin?” Dan dijawab oleh Irfan bahwa “Aidzin artinya kembali. Min itu dari bagian orang-orang yang kembali. Kembali ke fitrah. Yaumul aidz itu hari kembali. Wal faidzin itu orang yang menang dan bahagia. Melawan hawa nafsu. Karena puasa itu dianggap lebih besar perjuangannya daripada perang badar.”
Dari kalimat itu, Eric menyampaikan bahwa “Setiap saya ditanya tentang Idul Fitri, saya selalu jawab Minal Aidzin wal Faidzin. Mohon maaf lahir batin. Dan saya selalu ceritakan bahwa Idul Fitri itu satu hari untuk merayakan kemenangan tetapi juga untuk ambil kesempatan untuk saling minta maaf.”
Hal itu mengingatkan kembali akan 2 nilai terakhir dari 12 NDP, yaitu meminta dan memberi maaf. Karena sebentar lagi teman-teman muslim akan merayakan hari kemenangan dan menjadikan moment itu untuk saling meminta dan memberi maaf dengan hati yang tulus. Dalam meminta dan memberi maaf ada 2 point dari ilmu antropologi apa pengaruh kepada kita dalam hal meminta dan memaafkan.
- Individualism : Kalau budaya yang cenderung individu itu interest orang tentang diri sendiri. Tiap manusia bertanggung jawab atas kesalahannya sendiri. Dan diantara individu itu ada kompetensi. Dimana orang yang bekerja lebih banyak maka akan mendapatkan lebih banyak.
- Collectivism : Kita bertanggung jawab untuk semua di dalam kelompok kita dan ada norma-norma yang mengatur perilaku kita. Bukan hanya bertanggung jawab untuk semua orang dalam kelompok kita, tetapi juga apa yang dilakukan salah satu anggota kelompok kita itu mempengaruhi kita.
Selain itu, ada worldview atau pandangan hidup yang umumnya mempengaruhi tiap budaya di dunia ini. Diantaranya :
- Guilt – innocence – forgiveness
- Shame – honor – cleansing
- Fear – safety – peace
Jika kita ingin tahu worldview-nya apa, kita bisa mulai dari sebuah pertanyaan. Apakah kita rela melakukan sesuatu yang tidak benar sebenarnya untuk menjaga nama baik keluarga & untuk memulihkan hubungan?
Semua input tadi bisa dijadikan sebagai bahan refleksi kita bagaimana melihat perkembangan kita selama pandemi ini dan memaknai lebaran sebagai moment untuk saling meminta dan memberi maaf dengan hati yang tulus. Karena selain kita bisa menjadi pribadi yang lebih besar, juga kita menjadi pribadi yang peaceful dan penuh kasih.
Sebagai penutup acara ini, kedua narasumber menyampaikan pesan sebagai closing statement nya.
“Teman-teman kebanyakan dari shame base, mohon pikirkan baik-baik kesalahan yang pernah dilakukan. Jangan ditutupi karena rasa malu. Tetapi ambil ini sebagai kesempatan dan menerima ampunan yang sedalam-dalamnya. Selamat menjalankan ibadah puasa dan kita menantikan beberapa hari lagi merayakan kemenangan.” Eric Lincoln
“Mudah-mudahan kita menjadi orang yang lebih besar dan membawa perubahan setelah keluar dari krisis ini. Bukan menjadi orang yang tiba-tiba putus harapan dan membawa kecurigaan. Dan kita menjadi seseorang yang baru dan lebih hebat dari sebelumnya.” Irfan Amalee