Mengenang Arief Wangsadita: Sosok Ayah yang Mengasuh PeaceGen saat “Bayi”

Perkenalan Arief dengan PeaceGen

Perjalanan panjang 13 tahun PeaceGen tak lepas dari jasa orang-orang yang rela berkorban tanpa pernah muncul di depan. Salah satu dari mereka adalah sahabat dan ayah kami,  Pak Arief Wangsadita. Ia dikenal sebagai pengusaha kreatif di bidang kuliner dan hotel. Bumbu Desa, Mulih Ka Desa, Sampireun dan Tirtagangga adalah beberapa rumah makan dan restoran yang merupakan karya dari tangan dinginnya.

Pak Arief juga memiliki jiwa sosial yang kuat. Beliau membantu sejumlah lembaga sosial seperti Rumah Yatim dan PeaceGeneration Indonesia. Perkenalan Pak Arief dengan PeaceGen berawal dari persahabatan Eric Lincoln, cofounder PeaceGen, yang saat itu mengajar Bahasa Inggris kepada keluarganya. Persahabatan itu berlanjut dengan keterlibatan Pak Arief dalam mendukung gerakan PeaceGen di masa awal-awal kebangkitannya.

“Dua belas tahun yang lalu saat PeaceGen belum dikenal luas, ada seorang pencinta damai namanya Arief,  (di hp saya masih disave as Arief Bumbu Desa) yang menyumbang 80 set buku PeaceGen kepada sebuah pesantren di Garut.  Itu bisa disebut ‘launchingnya’ PG di Jawa Barat..” kenang Eric saat ditanya bagaimana pertemuan pertamanya dengan almarhum.

Baca Juga  Kita Diuji Bencana, Malah Sibuk Menafsir Bencana

Kontribusi Arief untuk PeaceGen

Pak Arief adalah salah satu dari first buyer dan first beliver-nya PeaceGen. Melihat betapa pentingnya pendidikan perdamaian, Pak Arief mengundang dan membiayai guru dan ustadz dari beberapa sekolah juga pesantren untuk ikut traning PeaceGen, tak lupa ia membelikan buku 12 NDP untuk diterapkan di sekolah dan pesantren tersebut. Setiap tahun, beliau mengalokasikan dana CSR dari usaha rumah makannya seperti Bumbu Desa atau Mulih Ka Desa untuk terus mendukung penerapan modul 12 NDP di berbagai sekolah dan pesantren.

Baca Juga  Damai di Kantor Tercapai Jika Kita Work Less, Relax More

Saat itu, program Walk The Peace berlangsung.  Sekitar 50 orang dari berbagai negara melakukan perjalanan Bandung-Pangandaran. Tanpa sungkan, Pak Arief menyediakan hotel Mulih Ka Desa miliknya di garut sebagai salah satu tempat singgah dan menyelenggarakan acara. Program tahunan Peacesantren Ramadhan selalu difasilitasi olehnya di Hotel Bumi Bandhawa.

Baca Juga:

Ninin Karlina: Dari Pembenci menjadi Pendamai

 

Meskipun sangat sibuk sebagai pengusaha, Pak Arief selalu menyempatkan waktu untuk membaca. Beberapa kali beliau nitip membeli buku pada saya, saat saya masih bekerja di Mizan. Saat Karen Arsmtrong, seorang penulis terkenal dengan tema-tema perdamaian dari Inggris datang ke Indonesia, Pak Arief dengan semangat datang menghadiri acara tersebut di Jakarta.

Pak Arief Wangsadita, selalu menyebut bahwa sosok ayahnya, yaitu Pak Tomas, seorang guru besar di UNPAD, sebagai adalah sumber inspirasinya. Pak Arif pernah di ajak  Ayahnya untuk berkenalan dengan seorang pastor Belanda yang bertugas di Bandung. pastor tersebut mendapat gaji yang sangat besar dari organisasinya. Tetapi Pastor tersebut mendermakan semua gajinya untuk membelikan mesin jahit dan alat kerja untuk para wanita-wanita penghibur agar mereka bisa mendapatkan penghasilan yang lebih layak.

Baca Juga  UIN Bandung; Kampus Merdeka, Mahasiswa Berdaya

Pak Arief sangat terkesan dengan kesederhanaan dan perjuangan Pastor tersebut demi kemanusiaan.

Saudaraku Arief, Peace Generation kehilangan seorang pembina, Jawa Barat kehilangan seorang jawara, ratusan orang kehilangan pembela, dan kami kehilangan seorang teman.

Selamat Jalan, Kawan.

Peace Be Upon You.

__

Peace People, untuk mendapatkan informasi teraktual dari PeaceGen, silahkan klik di sini!

Ditulis Oleh: Irfan Amalee

Narasumber: Eric Lincoln

Editor: Faza Rahim

 

Daftar untuk mendapatkan info & promosi menarik!