2.000 anak muda di 12 kota terlibat kampanye pencegahan ekstremisme kekerasan lewat board game Galaxy Obscurio dan The Rampung.
Kampanye perdamaian kini perlu dilakukan juga oleh anak muda. Arez sebagai representasi anak muda di Makassar sebelum mengikuti kegiatan Board Game for Peace (BGFP) sangat mendukung sistem khilafah. Namun, setelah mengikuti pelatihan, Arez mengalami titik balik.
“Saat kuliah dulu saya sangat mendukung sistem khilafah hingga berdebat sengit dengan teman di mata kuliah PKN. Kemudian tahun 2017 saya ikut pelatihan Board Game for Peace, saya pun mengalami titik balik. Apalagi saat menonton video para suporter ISIS membakar paspor dan keluarga returnee berjuang keluar dari ISIS karena tidak mendapatkan berbagai hal yang dijanjikan.” (Arez, Alumni BGFP Makassar)
Cerita Arez adalah salah satu gambaran menguatnya dukungan anak muda terhadap radikalisme dan ekstremisme kekerasan. Hal ini terkonfirmasi juga melalui riset dari PPIM UIN Syarif Hidayatullah yang berjudul “Api Dalam Sekam”.
Riset menemukan sebanyak 37,71% siswa dan mahasiswa mengartikan teror bom sebagai bagian dari ajaran agama. Selain itu, pada persentase yang sama, responden juga setuju bahwa membela agama dapat diartikan menyerang orang yang berbeda agama.
Membentuk Agen Perdamaian lewat Sekotak Permainan
PeaceGeneration bersama CONVEY Indonesia merespon fenomena tersebut dengan menginisiasi program BGFP di 12 kota. Lewat program ini, anak muda belajar memahami ekstremisme kekerasan lewat berbagai media kreatif. Ada board game, modul interaktif, dan video animasi. Mereka lalu dilatih untuk menjadi agen perdamaian yang mampu melakukan kampanye perdamaian pada teman sebaya.
Pada tahun pertama, BGFP telah melatih 358 orang anak muda dari 5 kota. Tahun berikutnya, program diperluas menjadi dengan 7 kota baru dan melatih 1.100 orang anak muda.
Program pelatihan ini di dukung oleh pengukuran dampak berupa pengetahuan, keterampilan, dan persepsi. Para peserta mengalami peningkatan rata-rata pengetahuan dan keterampilan tentang upaya pencegahan ekstremisme kekerasan sebesar 0,58 bagi laki-laki dan 0,66 pada perempuan.
Persepsi peserta diukur lewat modifikasi Violent Extremism Disposition Scale (VEDS). Paska pelatihan, kami menemukan 20,5% peserta mengalami perubahan skor VEDS dari kategori sedang ke kategori rendah.
Hingga hari ini, para alumni pelatihan masih melakukan kampanye perdamaian secara aktif menggunakan board game. Di beberapa daerah, seperti Ambon, Bima, Banda Aceh, dan Padang, mereka bahkan bersinergi dengan komunitas sekitar untuk melanjutkan pelatihan BGFP secara mandiri.
Begitu juga dengan Arez. Di tahun kedua BGFP, dia bergabung menjadi tim fasilitator Kota Makassar. Saat ini, dia terlibat aktif membangun beberapa gerakan anak muda di bidang kampanye perdamaian. Juga, saat ini Arez menjadi Agent of Peace yang siap menyebarkan perdamaian dengan PeaceGen.