Peace Sociopreneur Academy (PSA) dialog intrafaith 7 komunitas muslim dari madzhab berbeda bukan hanya dengan diskusi tapi membuat solusi kreatif.
Pentingnya dialog antar agama belum dirasakan oleh Mia, salah satu peserta PSA. Mia sendiri berasal dari komunitas muslim Syiah (IJABI) datang dengan membawa rasa takut di awal pertemuan mentoring. Ia merasa was-was akan identitasnya yang sering dianggap membahayakan dan sesat.
“Ah, ini pasti ada banyak cacian atau omongan-omongan negatif.” keluhnya dalam hati.
Ketika sesi perkenalan, Mia beberapa kali menutupi identitasnya. Namun, ketika ada salah satu teman dari komunitas yang sama berkata jujur tentang identitas keagamaannya, saat itulah sudut pandang Mia berubah.
Mia menyatakan pentingnya dialog antar agama saat ini untuk saling mengetahui, menghargai, dan memahami berbagai identitas minoritas di Indonesia, seperti kepercayaannya.
Stigma yang terjadi pada Mia tentang identitasnya, bukanlah yang pertama di Indonesia. Setara Institute mencatat, dalam 12 tahun terakhir (2007-2018), di Indonesia tak kurang terjadi 2.400 peristiwa pelanggaran Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB) dengan 3.177 tindakan, dengan korban terbanyak adalah Ahmadiyah (554 peristiwa). Sedangkan yang menimpa umat Syiah, 153 peristiwa. Dari berbagai peristiwa tersebut, 629 di antaranya terjadi di Jawa Barat.
Tidak Ada Dialog antar Iman Sebelum Dialog antar Teman
Banyak kecurigaan seringkali terjadi karena kita tidak benar-benar mengetahui apa yang terjadi, khususnya dalam ranah dialog antar iman. Untuk merespons hal di atas, PeaceGen bersama CONVEY Indonesia, PPIM UIN Jakarta, dan UNDP menginisiasi program Peace Sociopreneur Academy (PSA) dengan menggunakan framework Social bonding, Social briding, dan Social linking.
PSA diselenggarakan selama empat bulan dari Oktober 2020 – Februari 2021. Dalam rangkaian program ini, peserta bekerja sama membuat karya atau produk kreatif. Ada yang membuat podcast, mini lessons, musik, video series, video dokumenter, dan boardgame. Karya ini diciptakan sebagai solusi dari permasalahan isu sosial dan isu lingkungan.
Target penerima manfaat program ini di antaranya 32 orang generasi muda perwakilan dari NU, Muhammadiyah, Persis, Syiah, Ahmadiyah, Pemuda Hijrah, Eks HTI, Tarekat, Rohis dan non-affiliate. Hal ini diharapkan dapat menumbuhkan nilai-nilai perdamaian antar komunitas, dalam upaya pencegahan intoleransi dan ekstremisme kekerasan.
Penerima manfaat yang selanjutnya kami sebut Agent of Peace (AoP) menunjukkan perubahan yang signifikan pada level identifikasi sesama muslim menjadi lebih tinggi, dibandingkan dengan identifikasi sesama anggota kelompoknya. Data menunjukan p(=0,002)<0,05 artinya ketika angka dari hasil analisis lebih kecil dari 0,05 maka terjadi perubahan yang bermakna.
Kini, Mia tidak takut lagi mengungkapkan identitasnya. PSA telah menjadi gerbang pembuka untuk Mia dan teman-teman yang terlibat untuk saling berteman, memaknai perbedaan, dan pentingnya dialog antar agama.