Progam SITI meningkatkan peran strategis masyarakat di dua kelurahan dalam mendeteksi tanda dan gejala awal ekstremisme kekerasan.
Kondisi terorisme di Indonesia dan sejumlah penangkapannya tidak jarang membuat warga sekitar lokasi merasa terkejut dan ketakutan. Warga biasanya tidak menyangka akan ada terduga pelaku terorisme di lingkungan terdekatnya. Seperti yang disampaikan Bu Iis saat berdiskusi dengan tim kelurahan.
“Awalnya kami merasa kebingungan dengan laporan-laporan warga kalau ada aktivitas yang dicurigai sebagai bibit teroris. Tapi, dengan adanya SITI tidak bingung lagi dalam membedakan masalah yang harus dilaporkan ke pihak berwajib. SITI juga menambah wawasan bagi kami untuk mempermudah dalam mengatasi berbagai masalah ekstremisme kekerasan di wilayah kelurahan.” — Iis Sumarni, Wakil Koordinator Tim Kelurahan Pasirbiru
Selain itu, munculnya peristiwa terlibatnya perempuan sebagai pelaku bom bunuh diri, perekrut, penyandang dana, dan berbagai jenis peran lainnya dalam kelompok menunjukkan bahwa terorisme tidak hanya menjadi ranah aksi laki-laki. Kondisi ini terjadi disebabkan salah satunya karena tidak adanya sistem pencegahan dini yang mengakar di masyarakat.
Dengan latar belakang kondisi tersebut, PeaceGen bersama C-SAVE menginisiasi program SITI. Program ini bertujuan meningkatkan daya tangkal dan kekebalan masyarakat terhadap paham ekstremisme dan rekatnya kohesi sosial berbasis komunitas.
Bersama SITI, Kami Mendampingi Masyarakat Mengenal Gejala dan Tanda Ekstremisme Kekerasan
Sitem deteksi dini yang kami bangun ini dalam rangka mengajak masyarakat mengenal dan mendeteksi tanda-tanda peringatan dini agar tidak berkembang menjadi ekstremisme kekerasan. Juga, kami mendorong warga untuk melakukan sedini mungkin inisiasi rujukan tingkat kecamatan dan kabupaten.
Program SITI dilaksanakan di dua kelurahan, Pasirbiru dan Babakan Sari. Kami mendampingi tim kelurahan selama tiga belas bulan. Tim kelurahan ini terdiri dari tujuh orang yang melibatkan masyarakat akar rumput, termasuk keluarga, komunitas di desa, tokoh masyarakat, dan perwakilan perempuan.
Dalam salah satu aktivitasnya, kami mendampingi tim kelurahan dalam pengelolaan kasus. Pertama, kami menyelenggarakan pendidikan publik dan peningkatan kesadaran masyarakat. Langkah kedua, simulasi pelaporan kasus oleh warga dan pencatatan kasus oleh tim pencatat.
Ketiga, tim kelurahan memverifikasi kasus dan melakukan pembahasan. Keempat, tim kelurahan menangani kasus remedial jika masih ada kasus yang belum terselesaikan melalui dialog, diskusi, dan mediasi. Terakhir, penanganan kasus dirujukkan ke instansi terkait seperti polsek-tindak kriminal, puskemas-layanan kesehatan, dan P2TP2A-layanan konseling.
Melalui program ini, harapannya tim kelurahan mampu memfasilitasi gejala dan tanda ekstremisme kekerasan di kelurahan masing-masing. Dengan ini, kondisi terorisme di Indonesia diharapkan dapat teratasi di ranah komunitas.