UIN Bandung; Kampus Merdeka, Mahasiswa Berdaya

UIN Bandung,- Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi Agama-Agama (SAA), mengundang Irfan Amalee dan Eric Lincoln untuk berbagi tentang apa yang sudah dilakukan oleh lembaga non-pemerintahan (NGO) PeaceGeneration Indonesia (PeaceGen) selama 13 tahun berkiprah di ranah pendidikan perdamaian, kepada peserta yang dihadiri oleh Ketua Jurusan dan mahasiswa SAA, Fasilitator YIPC Bandung, serta mahasiswa-mahasiswa dari kampus UIN dan UPI Bandung, Senin (18/02).

Penandatangan MoU antara Fak Ushuludin dan Peace Generation

Mengetahui akan kiprah PeaceGen, Dekan Fakultas Ushuluddin, Dr. Wahyudin Darmalaksana, M.Ag menyadari bahwa dalam hidup di era kini terdapat 3 hal penting, yaitu: sikap, keterampilan dan pengetahuan. Sehingga menjalin kerjasama dengan PeaceGen adalah langkah yang tepat terutama dalam membentuk sikap dan keterampilan melalui pengajaran di kampus.

“Dalam hidup ini hanya ada 3 hal yang penting: sikap, keterampilan dan pengetahuan. Adapun yang terpenting adalah adanya keterampilan dan sikap untuk menjawab kebutuhan manusia,” ucapnya sembari membuka acara.

Baca Juga  Menyambut Ramadan ala Peacemaker

Senada dengan Dr. Wahuydin, Irfan Amalee yang juga merupakan alumni dari Fakultas Ushuluddin, dalam presentasinya menjelaskan bahwa pendidikan itu memang harus berdampak pada perubahan, bukan hanya penambahan pengetahuan saja. Sehingga PeaceGen selalu berkomitmen menekankan proses pembelajaran melalui pengalaman, seperti melalui pelbagai proyek yang sudah atau sedang terselenggara. Satu diantaranya adalah Projek Board Game for Peace (BGFP), dimana kita akan belajar untuk mengenali dan menangkal bibit-bibit radikalisme melalui permainan papan atau Board Game, Board game yang dimiliki Peacegen untuk program tersebut adalah The Rampung dan Galaxy Obscurio.
Melihat pada era New Digital Literacy sekarang, kita semua harus dapat berpartisipasi untuk membuat konten-konten perdamaian, tidak hanya menikmatinya saja, atau sekadar menjadi menjadi penonton dan konsumen. Kedepannya, Jurusan Studi Agama-Agama harapannya bisa menjadi sumber pembuat narasi perdamaian, mengingat yang paham akan teks aslinya (atau Kitab Suci) adalah mahasiswa yang ada di jurusan Studi Agama-Agama.

Baca Juga  Peace Generation Koneksikan Fasilitator Solo-Palu via Daring

Lebih lanjut, Erik menambahkan bahwa konflik itu terjadi karena ada faktor kebencian, ketakutan dan ketidaktahuan. Maka daripada itu kita butuh ruang dialog dengan orang-orang yang berbeda dari kita, agar kita bisa saling mengerti dan meminimalisir kesalah pahaman. Karena dengan dialog kita bisa menceritakan apa yang ada dalam hati kita dan menumbuhkan empati atau welas asih kepada orang lain.

Sebagaimana yang diucapkan oleh Abraham Lincoln, “the best way to destroy an enemy is to make him a friend,” sehingga melalui cara itu, permusuhan dan pertengkaran bisa di minimalisir. Di PeaceGen konsep tersebut diramu melalui pembelajaran 12 Nilai Dasar Perdamaian.

Baca Juga  Podcast 12 Nilai Dasar Perdamaian: Nilai 10 - Pake Otak Jangan Pake Otot

Di akhir acara Dekan Fakultas Ushuluddin dengan PeaceGeneration Indonesia menjalin kerjasama dengan penandatangan MoU dalam proses pembentukan kampus yang merdeka dan membentuk mahasiswa yang berdaya melalui pengajaran nilai-nilai perdamaian. Dilanjutkan dengan pembentukan dan peresmian AoP Club UIN Bandung oleh Koordinator AoP, Nur Hayati Syafii dengan simbolis penyematan Pin AoP (Agent of Peace) kepada perwakilan mahasiswa SAA.

Berikut beberapa testimoni selepas acara:

“Acaranya seru banget, gak nyangka bisa ikutan acaranya PeaceGen di UIN. Harapannya, bisa lebih banyak lagi acara PeaceGen yang diselenggarakan di UIN Bandung.” -Neneng

“Penyampaian materinya asyik banget, tidak membosankan, gamenya juga seru banget. Pesan kedamaian seperti ini perlu sekali diperbanyak di antara hiruk pikuk ujaran kebencian khususnya di Indonesia”. – Rizki, Mahasiswa Jurusan Tasawuf Psikoterapi

 

Penulis: Hayati
Editor: Jawad

Daftar untuk mendapatkan info & promosi menarik!