Bandung, 26/03/2022. Dalam rangka mendukung semangat melawan tiga dosa besar dalam pendidikan yang disampaikan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, yaitu intoleransi di sekolah, bullying, dan kekerasan seksual, Peace Generation menginisiasi program Breaking Down the Wall (BDW) untuk memperkuat pendidikan karakter di sekolah.
BDW sebagai sebuah platform menghubungkan sekolah berbasis keagamaan Islam dan Kristen, baik sekolah swasta maupun negeri dengan menerapkan sistem welas asih.
Melalui BDW, 48 siswa dari SMP Kristen Yahya Bandung, Peacesantren Welas Asih Garut, dan SMPN 17 Bandung mengikuti Pelatihan 12 Nilai Dasar Perdamaian (NDP) secara daring dan luring.
Tujuannya agar generasi muda memiliki skill abad 21, seperti mampu berkomunikasi, berkolaborasi, berpikir kritis, dan kreatif untuk melawan intoleransi di lingkungan sekolah.
Hal ini sejalan dengan gerakan Profil Pelajar Pancasila yang mendorong siswa untuk mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong royong, berkebhinekaan global, dan beriman serta bertakwa kepada Tuhan YME.
Setelah belajar 12 NDP, 48 siswa dibagi ke dalam kelompok kecil untuk berkolaborasi membuat peace project yang akan disebarkan di media sosial.
Mereka bekerja sama secara daring, lalu mempresentasikan hasilnya secara luring di kegiatan BDW Day. Salah satu hasil peace project dari kelompok enam yaitu membuat komik yang menyampaikan pesan-pesan perdamaian di Instagram.
Selama mengerjakan project bersama siswa dari sekolah lain dengan latar belakang yang berbeda, siswa bernama Indah, perwakilan dari kelompok enam sekaligus SMP Kristen Yahya menyatakan senang bisa bekerja sama dengan teman yang berbeda.
“Setelah belajar 12 NDP, saya bisa lebih memahami, menghargai, dan menghormati teman-teman yang berbeda dari saya. Saya senang bisa berkenalan dengan mereka. Juga senang bisa mengikuti kegiatan ini,” tutur Indah.
Hal senada disampaikan juga oleh Sheila, siswa dari Peacesantren Welas Asih Garut setelah belajar 12 NDP. Sheila mendapat pengalaman berharga setelah belajar nilai ketujuh, yaitu ‘Kalau gentleman gak usah nge-gank’.
Sheila menyadari kalau pergaulan itu dampaknya ada yang negatif dan positif. Selama menjadi anggota genk, Sheila merasa tidak menjadi dirinya sendiri.
“Dulu, Sheila pernah nge-gank, tapi Sheila gak bisa menjadi diri sendiri karena pergaulan yang toxic. Setelah belajar nilai ketujuh, Sheila jadi tau ternyata pergaulan itu punya dampak yang besar. Kalpoun mau nge-gank juga harus lihat dulu apa yang dilakukan genk tersebut, apakah merugikan diri sendiri dan orang lain atau tidak, tutur Sheila.
Rangkaian kegiatan BDW Day sendiri menjadi salah satu wadah untuk mengenalkan perbedaan sedini mungkin dengan harapan intoleransi di sekolah juga berkurang. Sebagaimana yang disampaikan Miftahul Huda, Koordinator Program BDW sebagai berikut.
“Rangkaian kegiatan BDW, mulai dari training guru dan siswa yang ditutup dengan perayaan BDW Day dimaksudkan agar siswa bisa bersahabat dengan yang berbeda sedini mungkin, sehingga hubungan satu sama lain menjadi kuat, terutama untuk merespons bullying dan intoleransi yang terjadi di sekolah. BDW ini hadir untuk menjadi platform siswa menjadi agen perdamaian.”
Penulis: Mela Rusnika