Bedah Buku Someone Has To Die: Menceritakan Peristiwa Terorisme dan Ekstremisme di Indonesia (Bagian Pertama)

Terorisme
Foto: Kegiatan Bedah Buku Someone Has To Die
Perjalanan Jim Baton ke Indonesia pada tahun 1996 menghasilkan sebuah novel yang menceritakan tentang terorisme dan ekstremisme di Indonesia.

Terorisme menjadi satu hal yang Jim pertanyakan saat pertama kali melihat kerusuhan di Indonesia. Jim mengenal Indonesia sebagai negara yang beragama dan ramah tamah. Bahkan Jim juga merasakan keramahannya saat ia tinggal di rumah keluarga muslim.

Saat itu, Jim menyaksikan lengsernya Presiden Soeharto yang menyebabkan terjadinya banyak kerusuhan, termasuk di Banjarmasin. Kerusuhan tersebut menimbulkan pertanyaan untuk Jim, kenapa ya orang Islam dan Kristen susah berdamai?

Di Banjarmasin, agama Kristen termasuk minoritas. Populasi mereka mungkin tidak sampai satu persen. Tapi, semua gereja diserang tanpa kecuali bahkan ada yang dibakar.

Setelah melewati peristiwa itu, Jim bertemu dan berteman dengan beberapa orang yang memiliki tujuan yang sama, yaitu membawa perdamaian di Banjarmasin. Pada tahun 2004-2005 Jim dan kenalannya mendirikan Peace Generation (PeaceGen) Banjarmasin.

Mereka membangun satu ruang doa yang unik. Di ruangan itu siapa saja bisa berdoa kepada Tuhan. Namun bukan berarti mencampur beragam ritual dan agama.

Baca Juga  Ngopi bareng PeaceGen Riau

Ruangan itu hanya diperuntukkan untuk kumpulan orang-orang yang mau berdoa dengan hati kepada Tuhan. Bagi Jim, menyenangkan sekali melihat orang-orang dengan latar belakang yang berbeda bisa berdoa di satu ruangan yang sama.

Sambil mengelola PeaceGen, Jim melakukan penelitian tentang ekstremisme dan terorisme di Indonesia. Penelitian itu menjadi salah satu bahan pokok yang ditulis dalam buku Someone Has To Die. Tujuan utama Jim menulis buku ini ialah untuk dibaca orang-orang di Amerika yang masih trauma dengan kejadian 11 September 2001.

Ada banyak orang Amerika yang alergi dengan orang Islam setelah kejadian tersebut. Jim berharap orang-orang di Amerika bisa melihat orang Islam dari sisi yang positif di buku tersebut. Meskipun ada masalah dengan ekstremisme, tapi tidak semua orang Islam terlibat. Buku ini dirilis untuk mengubah paradigma orang-orang di Amerika.

Setelah bukunya terbit pada 2012, Jim keliling Amerika selama satu tahun untuk mengisi kegiatan bertajuk perdamaian dan membahas tema-tema dari buku tersebut. Jim sering mendengar dari orang Kristen yang telah membaca bukunya, bahwa paradigma mereka terhadap orang Islam telah berubah, tidak lagi seperti dulu. Jim merasa sangat senang.

Baca Juga  Podcast 12 Nilai Dasar Perdamaian: Nilai 8 - Semua Istimewa Semua Berharga

Saat Nafik Muthohirin, dosen Universitas Muhammadiyah Malang membaca bukunya, ia bilang buku Someone Has To Die bisa juga digunakan di Indonesia karena isu ekstremisme dan terorisme relevan dengan kondisi di Indonesia.

Sinopsis Buku Someone Has To Die

Someone Has To Die adalah cerita yang berawal dari seorang aktivis perdamaian yang diundang pada acara perdamaian di Jakarta. Tapi, ada seorang teroris yang ingin mengebom acara tersebut. Teroris ini bertujuan mencari seorang pengantin di Banjarmasin. Pengantin yang direkrut kebetulan berasal dari Kampung Klayan.

Di samping ada yang sedang merekrut pengantin teroris, ada juga orang-orang Islam yang sedang membangung jembatan antara orang Islam dan Kristen. Mereka berupaya menunjukkan bahwa perdamaian itu tidak hanya diperjuangkan di level makro seperti politik dan pendidikan. Tapi juga perlu diperjungkan di level mikro.

Seperti cerita ibu-ibu arisan yang mengajak seorang perempuan dari latar belakang Kristen untuk bergabung dengan mereka. Ibu-ibu lain yang beragama Kristen juga mulai berteman dan bertetangga dengan orang Islam.

Baca Juga  Tren 2021 dan Strategi Terbaik Untuk Beradaptasi di Tahun Baru

Di dalam buku ini ada banyak adegan yang bikin kita deg-degan, romance, mengungkap kebenaran, dan upaya-upaya dari PeaceGen juga dibahas. Ada satu anak muda yang bingung dengan pilihan hidupnya, lalu dia belajar di PeaceGen dan pikirannya jernih kembali.

Selain itu, buku ini menceritakan juga motivasi kenapa anak muda bisa masuk kelompok ekstremis. Bukan hanya dipengaruhi ideologinya, tapi juga dipengaruhi hal-hal dasar lain yang akan dibahas di buku jilid dua. Salah satunya terjadi pada dua anak yang sering berkunjung ke rumah Jim di Banjarmasin.

Dia direkrut di kampus oleh kelompok ekstremis. Adiknya direkrut di kampung dari kelompok pengajian. Adik kakak ini direkrut di kelompok, tempat, dan umpan yang berbeda namun sama-sama memiliki ideologi terorisme.

Proses rekrutmen ini mungkin akan berubah seiring perubahan zaman, salah satunya melalui media sosial untuk era sekarang. Jim menyarankan agar PeaceGen juga berjuang mendekatkan diri kepada anak muda melalui pendidikan atau apapun.

Daftar untuk mendapatkan info & promosi menarik!