Ruang Sendiri dan Kesempatan Berevolusi

Ini hari libur yang biasa saja. Ada keluarga, ada kekasih, ada pula kesempatan untuk santai sambil mendengar lagu Tulus-Ruang Sendiri.

Tiba di bagian refrain, penggalan lirik yang dikemas dengan nada ciamik menyadarkan penulis bahwa saat aktivitas semakin padat dengan tingkat sosialisasi yang turut meninggi, kita merasa butuh tempat pribadi untuk menyepi. Hal inilah yang disebut dengan Ruang Sendiri.

Ada kalanya, saat kita terlalu dekat dengan seseorang atau banyak orang, napas mereka terasa hangat, suara mereka terlampau keras, bahkan hal detail tentang mereka bisa sangat menyita perhatian kita, hingga akhirnya, diri ini semakin sesak bernapas, dan DUAR, pikiran dan hati semakin runyam.

Otak dan hati kita tidak bisa selamanya bekerja secara sinkron. Akan tiba masa untuk keduanya rehat sejenak.

Penelitian tentang ‘Ruang sendiri’ rupanya memiliki sejarah panjang dalam psikologi. Laura Lewis dan koleganya (dalam penelitian tentang studi zona pribadi pada tahun 2017) menyatakan bahwa dengan adanya zona pribadi dari masing-masing individu, kita dapat lebih menghargai batasan-batasan sesama.

(Ingin ikut kampanye perdamaian kami? Silahkan klik di sini! )

Ruang sendiri memberikan kita perlindungan dari rasa stress dan agresif. Sering saat kita terbiasa intim di satu lingkungan, semua hal tentang lingkungan tersebut menjadi hal yang kita pikirkan dari pagi hingga pagi lagi. Kesendirian, memberikan jawabannya. Dengan sendiri, kita bisa menemukan diri sendiri, menyapanya dan melakukan hal yang kita sukai.

Alih-alih disebut egois, kesendirian justru mengajarkan kita tentang arti kemandirian, bebas dari beban stress, dan perasaan sensitif yang menggebu-gebu akan sesuatu. Kamu pasti tahu kan, jika kita terlalu sensitif, emosi kita jadi lebih mudah bergejolak untuk hal-hal tidak penting. Kelak, rasa sensitif ini bisa membuat kita merasa mudah lelah dan bahkan, di tahap paling genting , bisa menciptakan pertengkaran dengan siapapun yang terlibat.

Semakin dewasa, kita akan menyadari bahwa ruang sendiri bukan hanya semata-mata ruangan yang hanya diisi oleh kita sendiri (re: kamar, kamar kosan, kamar mandi), tapi bagaimana kita bisa mengambil jarak dimanapun kita berada, dan menciptakan kenikmatan untuk sejenak mengambil waktu barang 5-10 menit mendengar benak dan hati kita.

Dengan kesendirian, jiwa kita bertumbuh jadi semakin kuat. Suara-suara hati, bisa kita pilih dan pilah untuk direalisasikan. Kita berevolusi menjadi pribadi yang lebih baik dan bisa menghargai orang lain. Tidak ada lagi marah saat sang pacar butuh waktu sendiri untuk bermain games atau sekadar melamun, tidak ada lagi rasa sensi saat sahabat hilang sejenak dari tongkrongan.

Baca Juga  Podcast Disiplin Positif : Prinsip 6 - Kendalikan Diri Bukan Kontrol Orang Lain

Meskipun manusia dilahirkan untuk saling membutuhkan satu dengan yang lainnya, kita tetap butuh waktu untuk mendengar diri sendiri di dalam ruang sendiri.

Lagu Tulus sudah berhenti. Penulis pun terhenyak dan kembali berbincang dengan keluarga di tengah hari liburnya. Namun, ia kembali dengan senyum sumringah, karena ia telah berhasil istirahat di dalam ruang miliknya sendiri meski hanya 1 lagu..

Baca Juga  Budaya Kekerasan dan Narasi Permusuhan

**

Peace People, untuk mendapatkan informasi teraktual dari PeaceGen, silahkan klik di sini!

Ditulis oleh: Faza Rahim

Dinukil dari berbagai sumber termasuk dirimu~

 

Daftar untuk mendapatkan info & promosi menarik!